Serunya Rangkaian Acara Galungan

Xenia Veryano
Artikel oleh : Xenia Veryano
Foto oleh : Xenia Veryano
Pin It

Akhir pekan kemarin saya menyempatkan diri untuk berkunjung ke Bali untuk melihat rangkaian acara perayaan Galungan. Dalam rangkaian Perayaan Hari Raya Galungan ada beberapa hal menarik yang bisa kita jumpai. Saya benar-benar merasakan suasana Bali sesungguhnya. Di sepanjang jalan saya mendapatai jejeran penjor yang menjadikan pemandangan jalan begitu religius.

Selain jajaran penjor, ada juga Tradisi Ngelawang dimana ada segerombolan orang yang biasanya anak anak kecil dan anak muda yang menarikan Barong di jalan jalan atau pantai. Biasanya kalo kita mau mengupang sang Barong, mereka maka mereka akan menarikan Barong ke arah kita. Dalam tradisi dulu, ini dipercayai sebagai penolak pengaruh jahat di Bali.

Hari Raya Galungan adalah hari dimana umat Hindu memperingati terciptanya alam semesta ini beserta seluruh isinya. Di hari ini umat Hindu juga merayakan kemenangan kebaikan (dharma) melawan kejahatan (adharma). Sebagai wujud syukur, umat Hindu memberi dan melakukan persembahan pada Sang Hyang Widhi dan Dewa Bhatara.

Perayaan Hari Raya Galungan identik dengan penjor (bambu) yang dipasang di tepi jalan, menghiasi jalan raya yang bernuansa alami. Di jaman modern ini, apalagi sebagai tujuan pariwisata, pulau Bali kerap disorot sebagai pulau yang indah sekaligus religius.

Secara filosofis, Hari Raya Galungan dimaksudkan agar umat Hindu mampu membedakan dorongan hidup antara adharma dan budhi atma (dharma: kebenaran) di dalam diri manusia itu sendiri. Kebahagiaan bisa diraih ketika kita memiliki kemampuan untuk menguasai kebenaran.

Dilihat dari sisi upacara, adalah sebagai momen umat Hindu untuk mengingatkan baik secara spiritual maupun ritual agar selalu melawan adharma dan menegakkan dharma. Bisa disimpulkan bahwa inti Galungan ialah menyatukan kekuatan rohani agar umat Hindu mendapat pendirian serta pikiran yang terang, yang merupakan wujud dharma dalam diri manusia. To sum up, inti dari Galungan adalah perayaan menangnya dharma melawan adharma.

Perayaan Galungan biasanya berlangsung selama 10 hari. Setelah 10 hari, rangkaian perayaan akan ditutup dengan the main event, Kuningan. Secara kalender, Hari Raya Kuningan ini diperingati setiap 6 bulan atau 210 hari sekali dalam sistem pengkalenderan Bali. Di hari Raya Kuningan yang suci ini diceritakan Ida Sang Hyang Widi turun ke dunia untuk memberikan berkah kesejahteraan buat seluruh umat di dunia.

Galungan diawali pada hari Jumat Wage. Kemudian setelah 10 hari, pada perayaan Kuningan biasanya dilangsungkan upacara menghaturkan sesaji. Menurut masyarakat Bali, ini sebaiknya dilaksanakan pada pagi hari. Dianjurkan untuk menghindari melangsungkan upacara lewat tengah hari sebelum waktu para Dewa, Bhatara, dan Pitara kembali ke surga.

Menurut warga sekitar, untuk merayakan hari besar bagi umat Hindu inipun tak diwajibkan untuk melaksanakannya di pura, apalagi kalau jarak antara rumah dari puranya cukup jauh. Pelaksanaan upacara Kuningan boleh dilakukan di rumah-rumah masyarakat karena waktu untuk merayakan yang singkat. Sesajen yang dipersembahkan pada hari ini yaitu sesayut Dirgayusa, panyeneng, tatebus kehadapan Tuhan Yang Maha Esa. Bahan sesajen ini biasanya berdasarkan kulit sesayut, berisi tulung agung (alasnya berupa tamas) atasnya seperti cili. Bagian tengahnya diisi nasi, lauk-pauk, di atasnya diisi tumpeng yang ditancapkan bunga teratai putih, kelilingi dengan nasi kecil-kecil sebanyak 11 buah, tulung kecil 11 buah, peras kecil, pesucian, panyeneng, ketupat kukur 11 buah, ketupat gelatik, 11 tulung kecil, kewangen 11 pasucian, panyeneng, buah kelapa gading yang muda (bungkak), lis bebuu, sampian nagasari, canang burat wangi berisi aneka kue dan buah. 

Dengan demikian berakhirlah semua rangkaian hari raya Galungan-Kuningan selama 42 hari jika terhitung sejak hari Sugimanek Jawa.

Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos