Mbarang Seni Jantur bagian 2 dari 2

Foto oleh : Dwi Aris Setiawan
Pin It

Mbarang Seni Jantur, "Panji Udan-Enthit Ngerame," oleh Mbah Bima Merapi Timur. Di Kel.Sukorame, Ds. Pojok-Kota Kediri. Sabtu, 7 mei 2016, jam; 19.30 wib.

Sambungan...

Lewat "Panji Udan," mbah Bima mengajak masyarakat untuk tetap menjaga  kelestarian sumber-sumber air. Dalam cerita "Panji Udan," Si Enthit sangat sedih menyaksikan hutan di kawasan Gua Selomangleng sudah tak lagi berpenghuni. Kicau burung-burung sudah tak terdengar lagi. Dan hewan-hewan lainya pun telah pergi jauh meninggalkan hutan itu. Entah kemana perginya satwa-satwa itu? Si Enthit bingung menyaksikan semua itu. Enthit terus bertanya, apa yang sebenarnya terjadi? Dan bagaimana semua itu bisa terjadi? Lantas Enthit, berjalan masuk ke dalam hutan, mencari tau penyebab dari permasalahan itu. Tak terasa, Enthit sudah berjalan berkilo-kilo meter jauhnya,sampai tenggorokannya terasa sangat kering. Air! Itu yang sekarang dicari Enthit. Air untuk minum, penghilang rasa haus dan dahaga. Kemudian Enthit berjalan, mencari sumber mata air yang ada disekitar hutan itu.

Senangnya hati Enthit, saat ada suara gemericik air, meski terdengar jauh. Terbayang, betapa bersih, jernih dan segarnya rasa air pegunungan itu. Seketika itu, dengan langkah terburu-buru, Enthit bergegas menuju ke arah tempat sumber air. Raut wajah Enthit tampak gelisah dan resah, justru ketika dirinya telah sampai di tempat sumber air. Terlihatlah bangkai ikan-ikan yang mengapung di atas permukaan air. Sumber air itu, kini telah "beracun." Itu sebabnya, tak ada lagi satwa-satwa yang mau tinggal di hutan itu.


"Sekarang untuk memenuhi kebutuhan air, Enthit dan semua penduduk kampung harus menanti turunnya hujan. Enthit pun harus mengurungkan niatnya untuk moksa - meninggalkan ikatan duniawi dengan sendiri bertapa. Demi kebaikan semua makhluk, Enthit pun menempuh jalan pertapaannya dengan tapa ngerame." Itulah ringkasan cerita "Panji Udan-Enthit Ngerame." 

Menikmati tontonan yang disuguhkan oleh mbah Bima, rasanya kita semua diajak kembali ke suasana tempo dulu. Disaat kita  berkumpul bersama saudara dan tetangga, menikmati indahnya malam bulan purnama. Untuk menciptakan suasana kemesraan (guyub rukun), cukup dengan tikar, alunan lembut gamelan, lantunan tembang, pisang-tela goreng, dan segelas kopi.
Lewat "mbarang," mbah Bima mampu menumbuhkan keindahan sambung rasa diantara kita semua . 

Salut!

"SALAM SEKAR PANJI"
Kediri Bertutur, 2 Juni 2016

Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos