“Kantata Takwa (2008)” Film Musikal Pergerakan Budaya Terbaik Indonesia

Mohamad Axel Putra Hadiningrat
Artikel oleh : Mohamad Axel Putra Hadiningrat
Foto oleh : screenshot
Pin It

18 tahun adalah waktu yang tidak sebentar, pada usia 18 tahun seorang manusia dikategorikan sebagai orang “dewasa” karena sudah diakui keberadaannya sebagai warga negara, dan berkesempatan memiliki hak pilih. Namun nyatanya proses pendewasaan selama 18 tahun tersebut harus dirasakan juga oleh film “Kantata Takwa” karena waktu rilisannya baru dilakukan 18 tahun dari masa awal pembuatannya. Kantata takwa adalah sebuah film documenter musical Indonesia yang disutradarai oleh Eros Djarot dan Gatot Prakosa. Film ini tak hanya medokumentasikan konser akbar proyek seni band Kantata Takwa saja namun film ini juga menampilkan beberapa adegan teatrikal yang sarat dengan tema sosial politiknya. Atas kritiknya yang tajam terhadap pemerintahan orde baru saat itu, Film ini menuai banyak kontroversi sehingga mengalami banyak kesulitan saat pembuatannya, tak heran rilisnya terlambat sekali.

kantata_takwa.jpg

Kantata takwa adalah teater yang difilmkan begitulah kata Soleh Solihun pada artikelnya di majalah Rolling Stones tahun 2008. Semua pesannya disampaikan ala teatrikal yang kentara dengan adegan-adegan simbolis, tokoh Militer digambarkan dengan sosok orang-orang memakai jas hujan dan membawa senjata. Film ini mengabungkan beberapa unsur yang memiliki nilai seni yang megah, selain teatrikal, ada pula WS Rendra yang membacakan puisi-puisinya, dan inti dari film ini yaitu band Kantata Takwa itu sendiri yang digawani oleh punggawa-punggawa music tanah air seperti Iwan Fals, Sawung Jabo, Setiawan Jody, dan Yockie Soryoprayogo. Jika kita melihat film ini kita akan melihat sosok para personel Kantata Takwa yang terksean “bad boy” dan liar. Iwan Fals dalam film ini masih senang bertelanjang dada dengan rambut panjang dan kumisnya yang sangat macho, film ini sebuah memorabilia yang menarik.

 

Saya bisa bilang ini adalah film pergerakan budaya karena film ini adalah sebuah curahan hati para seniman papan atas Indonesia tentang rezim orde baru yang represif pada saat itu. Curahan Hati tersebut dituangkan dalam sebuah pertunjukan seni “Kantata Takwa”. Maka dari itu film ini sesekali menampilkan cuplikan-cuplikan konser akbar Kantata Takwa tahun 1991. Film ini mengingatkan kita dengan film “Rock N’ Roll Circus” dari band The Rolling Stones yang baru dirilis 27 tahun kemudian dari sejak pembuatannya tahun 1968.

86a6d9e4_7895_4c51_9399_8905017c747b.jpg 

Adegan yang paling saya sukai adalah ketika adegan iwan fals memegang gitar di sebuah sungai dan disambut oleh belasan anak-anak desa yang bertelanjang bulat sambil menyanyikan lagu “Bento” disitu ada dialog yang sangat menarik antara Iwan dan anak-anak desa tersebut. Eros Djarot dan Gatot Prakosa sangat cermat menggarap semua adegan dalam film ini, semua pesan disampaikan begitu lugas. Saya sangat merindukan film-film yang mengandung pesan mendalam seperti ini, Rohnya begitu terasa. Dari film ini kita bisa mendengarkan lantunan lagu-lagu hits seperti “Hio”, “Bento” dan lainnya. Film ini sangat cocok untuk mengisi pengetahuan sekaligus wawasan kita tentang suasana politik era orde baru saat itu. Bagaimana pergolakan masyarakat begitu dinamis dan tak henti-hentinya seniman tanah air menyuarakan kegelisahannya melalui karya-karya epic.

Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos