Berburu Gembol Hutan Jati Ngobalan

Foto oleh : Wd Asmara
Pin It

Dari_bongkahan_limbah_kayu_menjadi_perabot_bernilai.jpg

Istilah gembol mungkin terasa asing dan aneh di telinga kita. Gembol adalah sebutan untuk akar kayu pohon (umumnya pohon jati) yang tersisa dari proses penebangan, biasanya limbah penebangan pohon ini menyisakan batang dasar pangkal pohon setinggi 30 – 50 cm dari permukaan tanah hingga ke bagian akar yang berada di dalam tanah. Bagi kebanyakan masyarakat di daerah Jawa Tengah menyebutnya dengan istilah bonggol atau tonggak. Sebutan gembol ini digunakan masyarakat desa Ngobalan yang terletak di wilayah hutan jati milik Perhutani di Kabupaten Ngawi Jawa Timur.

Hal menarik dari gembol yang notabene merupakan limbah ini adalah, dengan ketrampilan dan kreatifitas warga desa Ngobalan yang berada di lingkungan hutan jati Kabupaten Ngawi tersebut bisa disulap menjadi karya kerajinan dengan nilai lebih tinggi dibanding sekedar menjadi kayu bakar. Karya kerajinan yang muncul dari proses adaptasi budaya para pendahulu warga desa hutan jati tersebut, membuat keterampilan mengolah limbah akar jati menjadi sumber penghidupan bagi generasi berikutnya.

Merubah_akar_menjadi_meja_berukiran_kepala_naga.jpg   Merubah akar menjadi meja berukiran naga dengan waktu pengerjaan dua minggu 

Salah satu generasi yang meneruskan keterampilan mengolah gembol tersebut adalah Margono, laki-laki berusia 33 tahun yang menikah dengan Sunarti usia 29 tahun dan dikaruniai dua orang anak bernama Deva kini berumur 12 tahun dan bungsu laki-laki bernama Mario umur 3 tahun. Margono menghidupi keluarganya dari keahliannya membuat berbagai perabotan rumah hingga barang pajangan dari limbah tebangan hutan jati di desa tempat dia dilahirkan.

Mengukir_dengan_ilmu_otodidak.jpg   Mengukir dengan ilmu yang dipelajari  secara otodidak

Dengan berbekal ketrampilan yang diwarisi dari kakek dan ayahnya, dan sedikit modal uang untuk membeli gembol atau limbah yang digali dari bekas tebangan pohon jati milik pemerintah, Margono kini bersama dua puluh lima pengrajin lainnya menempati ruang pamer atau galeri yang terletak di jalan raya Ngawi – Sragen Km 16 yang berjarak kurang lebih dua kilometer dari museum purbakala Trinil. Dengan galeri yang memiliki panjang ruangan sekitar 10 m dan lebar 6 m, Margono menawarkan semua produk karyanya. Karena sifat Margono yang pendiam dan cenderung kaku, karena pekerjaannya lebih banyak berurusan dengan gembol dan limbah-limbah kayu, maka Sunarti-lah yang aktif mengurusi penjualan di galerinya. Dan di galeri inilah mereka tidak sekedar memamerkan karya kerajinannya, tapi juga digunakan sebagai bengkel kerja yang menempati halaman bagian belakang serta sedikit ruangan di galeri difungsikan sebagai tempat tinggal bersama kedua anak mereka.

Satu_keluarga_bertahan_dari_kerajinan_limbah_hutan_jati.jpg   Satu keluarga menikmati berkah dari kerajinan limbah hutan jati 

Selain terkadang harus membeli limbah sisa tebangan dari hutan, bagi Margono dan beberapa pengrajin bisa mendapatkan bahan baku gembol dari dalam hutan secara cuma-cuma. Karena ada juga beberapa bekas tebangan pohon jati yang tidak terlalu besar ditinggalkan begitu saja di dalam hutan, dan penggalian gembol tersebut akan memudahkan  proses penanaman kembali hutan jati oleh pihak Perhutani. Harga gembol yang  harus ditebus Margono bervariasi, mulai dari Rp. 225.000 sampai Rp. 300.000 untuk gembol yang berasal dari pohon jati yang masih muda, dan untuk pohon jati yang berumur tua bisa mencapai Rp. 1.000.000.

Dari_perabot_rumah_tangga_hingga_hiasan_pajangan_berasal_dari_limbah_akar.jpg   Dari perabot rumah tangga hingga hiasan pajangan berasal dari limbah akar jati

Dari kreatifitas dan kerja keras Margono, gembol-gembol tersebut disulap menjadi berbagai bentuk benda yang biasanya diburu para profesional perancang interior maupun yang amatiran sebatas untuk keperluan mengisi dekorasi rumah. Mulai dari keranjang buah berbentuk cincin seharga Rp. 100.000 sampai meja kursi dari gembol tua yang dijual Rp. 15.000.000.  Produk kerajinan paling kecil dihargai mulai Rp. 15.000-an, seperti hiasan meja berbentuk ikan, patung-patung unik, tempat minum, asbak dan beberapa perabot rumah tangga lainnya.

Keranjang_Cincin.jpg   Keranjang buah berbentuk cincin dari gembol utuh seharga Rp. 100.000. 

Setidaknya Margono optimis bisa bertahan dengan karya kreatifnya selama proses penanaman hutan produksi milik pemerintah tersebut terus berlangsung dan menyisakan limbah-limbah yang memberikan berkah untuk keluarga dan masyarakat yang membutuhkan perabotan rumah yang berasal dari hutan jati desa Ngobalan tersebut. Dan bila anda sedang bepergian melalui jalan darat melintas di jalur perbatasan Jawa Tengah – Jawa Timur menuju Surabaya, atau memang sedang berburu perabotan rumah yang unik dan menyukai tekstur kayu jati yang kokoh, deretan galeri di hutan Ngobalan siap anda singgahi. Selamat jalan-jalan dan berbelanja. Salam Kratonpedia.

Karya_ukiran_paling_kecil_dihargai_Rp.15.jpg   Karya ukiran paling kecil dihargai Rp.15.000

Kursi_dari_bonggol_utuh_pohon_jati_seharga_45_juta_rupiah.jpg   Kursi dari gembol utuh pohon jati tua seharga 15 juta rupiah 

Galeri_sekaligus_rumah_tinggal_bagi_Margono_sekeluarga.jpg   Galeri sekaligus rumah tinggal bagi Margono dan keluarganya

Margono_sang_pengolah_limbah_bonggol_pohon_jati.jpg   Margono sang "penguasa" hutan jati selalu bergelut dengan gembol dengan ide kreasinya

(teks dan foto : Wd Asmara/Kratonpedia)

Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos