Ngadegang Mangku Pamerajan, Tradisi Langka Penuh Makna

Foto oleh : Wd Asmara
Pin It

 NGADEGANG_5_1.jpg

Dahulu kala sudah menjadi tradisi turun temurun dari masyarakat Bali bahwa untuk Ngadegang (memilih atau mengangkat) Mangku/Pemangku/Pemimpin Ritual haruslah berdasarkan trah/lelintih (garis darah) pasemetonan purusa (keluarga laki-laki) dari keluarga Jeroan Gede Kedaton. Artinya, hanya keluarga Jeroan Gede Kedaton ( kerabat dalam kraton) yang pantas dan memiliki tugas sebagai Mangku. Dan selanjutnya akan diteruskan lagi oleh keturunan berikutnya apabila Mangku sebelumnya meninggal , dan itu sudah menjadi garis wajib yang diwariskan.

Tata titi Ngadegang Kepemangkuan (tata cara pengangkatan Pemangku)

Prosesi pertama, calon Pemangku harus dari warih/trah (garis darah/keturunan) purusa (laki-laki) dari Jeroan Gede

Kedua , calon Pemangku dari warih/trah memiliki kesiapan untuk ngayah (mengabdi dengan tulus ikhlas di Pamerajan)

Ketiga, setelah para calon Pemangku memiliki kesiapan untuk ngayah di Pamerajan, barulah kemudian dilanjutkan dengan prosesi Panuwuran yaitu prosesi pemilihan Mangku yang dimohonkan dari Niskala (dipilih langsung oleh Bhatara/Dewa). Pelaksanaan prosesi Panuwuran dipimpin oleh Mangku Gede/Mangku Dalem dengan Mangku Khayangan. Dalam tatanan Kepemangkuan, kedua Mangku itu adalah simbol Ardanareswari (kekuatan/ kesaktian Hyang Widhi sebagai Pencipta segala yang berbeda misalnya: lelaki-perempuan, siang-malam, kiri – kanan dan seterusnya).

Keempat , setelah mendapatkan restu dari Niskala terhadap salah satu calon Mangku yang terpilih, barulah kemudian  dilanjutkan dengan Prametekaning Kepemangkuan (prosesi ritual untuk Pemangku). Sebelumnya dilaksanakan terlebih dahulu prosesi mingit Mangku anyar, dan kemudian dilanjutkan dengan pesakapan Kepemangkuan yang terdiri dari masepuh, mawinten, dan mejaya-jaya.

Mawinten berasal dari bahasa jawa kuno, mawa arti nya bersinar dan inten arti nya intan (permata) berwarna putih/suci kemilau/bersinar dan mempunyai sifat mulia, bila diuraikan mempunyai pengertian, dengan upacara Mawinten ini orang yang melaksanakannya secara lahir batin akan suci, berkilau dan bersinar  bagaikan permata juga dapat bermanfaat bagi orang banyak.

Mawinten bermakna pembersihan diri secara lahir batin, secara lahir, diri bersihkan atau dimandikan dengan air yang telah disatukan dengan berbagai aneka bunga/kembang, sedangkan secara batin, memohon kepada Hyang Widhi Tuhan (Yang Maha Esa) agar dapat diberikan penyucian diri, tuntunan dan bimbingan dalam mempelajari ilmu pengetahuan yang bersifat suci seperti kesusilaan, kitab Weda, susastra weda, lalu selanjutnya dapat diamalkan dan dijalankan dalam kehidupan diri sendiri maupun kepada orang lain yang memerlukannya.

Upacara Mejaya-jaya yaitu upacara yang bertujuan menyatakan rasa syukur kehadapan Hyang Widhi Wasa, karena telah dapat melaksanakan semua prosesi dengan baik.

Sedangkan Masepuh adalah proses mensucikan diri kembali apabila seseorang sudah melakukan Mawinten dan melakukan pelanggaran atau secara sengaja maupun tidak sengaja atau dengan kata lain cemer/cemar/kotor/tidak bersih.

Setelah semua prosesi sudah dilaksanakan , barulah calon Mangku  secara sah menjabat sebagai Pemangku baru di Pamerajan dengan segala tanggung jawabnya.

Kalau dicermati hampir semua prosesi ritual mengandung unsur pembersihan diri secara lahir batin. Hal itu merupakan makna yang bisa menjadi cermin bahwa pada dasarnya tiada kesempurnaan dalam diri seseorang sejak dari lahir hingga akhir hayatnya. Secara lahir, diri dibersihkan atau dimandikan dengan air yang telah disatukan dengan berbagai aneka bunga/kembang, sedangkan secara batin, memohon kepada Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa) agar dapat diberikan penyucian diri, tuntunan dan bimbingan dalam mempelajari ilmu pengetahuan yang bersifat suci seperti kesusilaan, kitab Weda, susastra weda, lalu selanjutnya dapat diamalkan dan dijalankan dalam kehidupan diri sendiri maupun kepada orang lain yang memerlukannya. Dan semua diawali dengan pengabdian , kesetiaan , dan ketulusan. Sungguh indah mengenali dan memahami keragaman budaya Nusantara. Salam KratonPedia.

NGADEGANG_3_1.jpg  

NGADEGANG_2_1.jpg  

NGADEGANG_6_1.jpg  

NGADEGANG_7_1.jpg 

NGADEGANG_8_1.jpg 

NGADEGANG_9_1.jpg  

NGADEGANG_10_1.jpg 

NGADEGANG_12_1.jpg  

NGADEGANG_13_1.jpg  

NGADEGANG_14_1.jpg  

NGADEGANG_15_1.jpg  

NGADEGANG_16_1.jpg  

NGADEGANG_17_1.jpg 

Foto-foto prosesi Ngadegang Pemangku Puri Agung Kesiman , AA. Ngurah Ketut Aryana (gambar kiri) yang kini bernama Gong Aji Mangku.  

(teks dan foto : Wd Asmara/KratonPedia)

 

Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos