Prasasti ‘Misterius’ di Situs Keraton Mataram Islam

Foto oleh : agusyr
Pin It

Salah satu artefak penting yang tersisa di situs Keraton Mataram Islam di Kotagede adalah Watu Gilang, sebuah batu berbentuk bujursangkar dengan lebar sekitar 2 meter dan tinggi 30 centimeter. Batu yang dipercaya sebagai bekas singgasana Panembahan Senopati ini tersimpan dalam bangunan kecil di tengah pelataran yang dikelilingi pohon-pohon beringin besar. Bangunan berada tidak jauh dari Pasareyan Hasto Renggo, beberapa ratus meter ke arah selatan dari Pasar Kotagede.

Tidak setiap pengunjung bisa berkesempatan melihat langsung bentuk artefak ini. Dan jika cukup jeli, kita akan menemukan serangkaian tulisan menyerupai prasasti ‘misterius’ di atas permukaannya. Misterius, karena memang tidak jelas betul dari mana asal muasalnya serta siapa yang menuliskannya.

Pada permukaan Watu Gilang ini terdapat prasasti misterius dalam bentuk lingkaran yang tertulis dengan 4 bahasa, yaitu: ‘ITA MOVETUR MUNDUS’ (Bahasa Latin), ‘AINSI VALE MONDE’ (Bahasa Perancis), ‘ZOOGAAT DE WELERD’ (Bahasa belanda) dan ‘COSI VAN IL MONDE’ (Bahasa italia).

Di dalam lingkaran ini terdapat tulisan berbahasa latin berbunyi: “AD AETERNAM MEMORIAM SORTIS INFELICIS” yang kurang lebih berarti “untuk memperingati nasib yang kurang baik”, serta tulisan ‘IGM’, kemungkinan singkatan dari kalimat ‘IN GLORIAL MAXIMAM’ yang mengandung arti ‘untuk keluhuran yang tertinggi’.

Di luar lingkatan masih terdapat rangkaian kata: ‘IN FORTUNA CONSURTES DIGNI VALETE, QUID STUPEARIS AINSI, VIDETE IGNARI ET RIDETE, CONTEMITE VOS CONSTEMTU VERE DIGNI’. Artinya kurang lebih adalah ‘Selamat jalan kawan-kawanku. Mengapa kamu sekalian menjadi bingung dan tercengan. Lihatlah wahai orang yang bodoh dan tertawalah, mengumpatlah, kamu yang pantas dicaci maki’.

Watu Gilang juga memiliki keunikan lain, dimana salah satu sisinya ‘dhekok’ atau terdapat cekungan berukuran selebar dahi. Konon, ini adalah bekas benturan kepala Ki Ageng Mangir Wonoboyo yang dihempaskan oleh Panembahan Senopati selagi menyampaikan sembah bakti.

Ki Ageng Mangir Wonoboyo adalah suami Ni Pembayun, putri Panembahan Senopati. Seorang tokoh yang dianggap memberontak dan dianggap musuh oleh Panembahan Senopati. Perkawinannya dengan Ni Pembayun adalah taktik Panembahan Senopati untuk melumpuhkannya. Karenanya, makam Ki Ageng Mangir Wonoboyo separuh berada di sisi dalam dan separuh di sisi luar bangunan Prabayeksa di Makam Senopaten yang melambangkan statusnya, sebagai menantu sekaligus musuh Panembahan Senopati.

Selain Watu Gilang, dalam bangunan ini tersimpan pula artefak lain yang disebut Watu Gatheng dan Watu Genthong. Watu Gatheng adalah 3 buah batu bulat berwarna kuning keemasan yang diletakkan di sebuah dudukan batu persegi. Konon, batu ini dipergunakan oleh Raden Ronggo, putra Panembahan Senopati, untuk bermain gatheng atau lempar batu. Sementara Watu Genthong adalah sebuah tempayan yang terbuat dari batu hitam dengan beberapa cekungan sebesar jari tangan di sisi depannya. Benda ini dipercaya sebagai wadah air wudhu yang dipakai bersuci oleh Ki Juru Mertani dan Ki Ageng Giring, para penasehat Panembahan Senopati.

Sumber: Naskah Video dokumenter ‘Kotagede Situs Dinasti Mataram Islam’ (Sutradara: Agus Yuniarso, Produksi: Galeri Video Foundation, Yogyakarta, 2006).
Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos