Situs purbakala yang menjadi peninggalan peradaban Jawa Kuno tersebar di berbagai tempat di bagian tengah Pulau Jawa, mulai dari Dataran Tinggi Dieng hingga ujung gugusan pegunungan kapur di sisi selatan pulau Jawa, yang disebut Dataran Tinggi Siwa.
Di seputar dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah terdapat sejumlah candi yang beraliran Siwa. Candi-candi ini tidak terkumpul dalam satu kelompok, namun tersebar dalam kawasan yang luas. Nama-namanya diambil dari nama tokoh pewayangan, seperti Candi Bima, Candi Srikandi, Candi Abiyasa, Candi Gatotkaca, Candi Nala Gareng, dan sebagainya. Candi-candi ini kemungkinan berasal dari abad ke-7 hingga abad ke-8 masehi. Keberadaannya ditempat yang tinggi berhubungan dengan kepercayaan nenek moyang bahwa orang-orang yang telah meninggal terdpat di tempat yag tinggi, surga. Dan sebagaimana diyakini, candi berfungsi sebagai tepat penyimpanan abu orang yang meninggal.
Di lereng Gunung Ungaran, Jawa Tengah, ditemukan gugusan candi yang dikenal dengan nama Candi Gedongsongo. Nama candi ini berasal dari jumlah candi yang ada, yaitu 9 buah candi, meskipun hanya tinggal 5 yang masih berdiri. Kapan candi ini didirikan dan siapa pendiri candi ini tidak diketahui dengan pasti. namun berdasarkan bentuk ornamennya, Candi Gedongsongo diperkirakan sejaman dengan candi-candi di Dieng.
Situs purbakala yang menjadi peninggalan peradaban Jawa Kuno juga dijumpai di seputar Kalasan, Yogyakarta, diantara Candi Kalasan, Candi Sari, Candi Sambisari dan Candi Kedulan.
Candi Kalasan adalah candi dengan latar belakang dan corak Buddha yang tertua yang ditemukan di Jawa Tengah, yang dibangun pada tahun 778 Masehi. Candi Kalasan didirikan oleh Rakai Panangkaran sebagai bentuk penghormatan kepada Dewi Tara.
Candi Sari hanya terletak beberapa ratus meter dari Candi Kalasan dan diperkirakan dibangun pada masa yang sama. Fungsinya diperkirakan sebagai asrama para pendeta Buddha pada jaman itu.
Candi Sambisari adalah candi dengan latar belakang agama Hindu dengan aliran Siwa. yang perkirakan dibangun pada abad ke-9 Masehi. Candi ini ditemukan dalam kondisi tertimbun lapisan tanah akibat letusan Gunung Merapi.
Candi Kedulan memiliki latar belakang dan bentuk yang serupa dengan Candi Sambisari. Uniknya, candi ini juga ditemukan dalam kondisi yang sama sebagaimana Candi Sambisari, tertimbun lapisan tanah di sekitarnya.
Bekas-bekas peradaban Jawa Kuno dengan mudah dapat dijumpai di sekitar kawasan Prambanan. Candi Lara Jonggrang Prambanan yang menjadi candi Hindu terbesar di
Dalam kompleks yang sama, juga ditemukan 3 gugusan candi, yaitu : Candi Lumbung, Candi Bubrah dan Candi Sewu yang berlatar belakang Buddha.
Di sebelah timur laut Candi Lara Jonggrang Prambanan, berdiri Candi Plaosan, yang terdiri dari Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul. Di kawasan Prambanan juga dapat dijumpai Candi Sojiwan dan Candi Gana yang masih dalam proses pemugaran.
Selain di seputar Kalasan dan Prambanan, bekas-bekas perabadan Jawa Kuno juga banyak dijumpai di seputar perbukitan Pegunungan Seribu bagian utara, yang dikenal dengan nama Dataran Tinggi Siwa. Dari kawasan Prambanan, dataran tinggi ini hanya berjarak beberapa kilometer ke arah selatan. Setidaknya ada 4 kelompok percandian, yaitu : Candi Banyunibo, Candi Barong, Candi Ijo, dan Situs Keraton Ratu Boko. kecuali Candi Banyunibo, 3 candi lainnya berada di puncak bukit. Dan Keraton Ratu Boko adalah situs terbesar diantara candi-candi di seputar Dataran Tinggi Siwa.
Dari sekian banyak candi sebagai peninggalan peradaban Jawa Kuno, Candi Borobudur di Magelang, Jawa Tengah adalah candi Buddha terbesar di
Meski begitu dikenal karena keindahannya, Candi Borobudur menyimpan beribu misteri. Sejarah hanya mencatat bahwa candi raksasa ini dibangun pada masa kejayaan Dinasti Syailendra, sekitar abad ke-8 Masehi. Selebihnya tidak ada data yang pasti. Tidak jauh dari Candi
Situs purbakala peninggalan peradaban Jawa Kuno masih banyak lagi dijumpai di Jawa Tengah bagian selatan, khususnya di sekitar Gunung Merapi. Tidak semua temuan itu berhasil diidentifikasi dengan sempurna. Sehingga tidak mudah bagi kita untuk mengenali bagaimana situasi masyarakat Jawa pada masa-masa itu.
Sumber: Naskah Video dokumenter ‘Mysteries of the Ancient Java – Episode 1’ (Sutradara: Agus Yuniarso, Produksi: Galeri Video Foundation,