Foto - tradisi

Penthulan, atau Ganongan adalah tokoh patih dalam kesenian reyog Ponorogo yang bertampang menyeramkan tapi selalu memberikan unsur hiburan dengan akrobat dan dagelan melalui tarian yang lucu dan dibawakan oleh dua penari.
Pager ayu Ponorogo berjalan sejauh lima kilometer menandai kirab grebeg Suro yang mengisahkan perpindahan pusat kota lama Ponorogo dari Pasar Pon ke Alun-alun kota.
Di kota Ponorogo perayaan malam satu Suro berlangsung sangat meriah, selama tujuh hari masyarakat menikmati tradisi pasar malam di alun-alun depan Masjid Agung Ponorogo.
Pada malam satu Suro di kota Ponorogo pertunjukan reyog digelar pada malam hari di alun-alun kota sebagai hiburan untuk masyarakat.
Apem Sewu merupakan tradisi baru yang diciptakan masyarakat Kampung Sewu Kecamatan Jebres Solo dengan swadaya yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dengan melestarikan apem sebagai kuliner khas mereka.
Gethek adalah rakit yang terbuat dari batang bambu yang dijalin dengan tali dan berbentuk memanjang, pada jaman dahulu di Bengawan Solo digunakan untuk alat transportasi pengangkut hasil bumi dan berbagai barang dagangan.
Tata panggung dan tata gerak dalam suguhan pagelaran wayang orang menjadi daya tarik utama dalam sebuah pagelaran, dan akan lebih menarik untuk kalangan penonton muda apabila unsur musik juga digarap dengan inovatif.
Melukis dengan media dari daun lontar atau rontal dibutuhkan kesabaran dan ketelitian, alat yang digunakan untuk membuat goresan dinamakan pengutik, dan untuk mewarnainya digunakan arang dari kemiri bakar.
Apem terbuat dari tepung beras dan tepung kanji yang dicampur dengan santan kelapa serta gula merah, jajanan khas yang banyak ditemukan di beberapa daerah di Nusantara ini juga biasa digunakan sebagai kelengkapan upacara adat
Soimah Pancawati, dilahirkan di perkampungan nelayan desa Banyutowo Kabupaten Pati Jawa Tengah, tertarik dengan kesenian tradisional sejak kecil. Ketoprak tobong adalah salah satu cerita bahagianya waktu di desa.
Sekumpulan seniman muda Mutihan yang menekuni bidang musik tradisi jenis perkusi selalu meluangkan waktu untuk berkumpul, berbagi ide atau sekedar memanjakan diri sejenak di angkringan yang sederhana.
Royal Wedding - Dhaup Ageng KPH Yudanegara dan GKR Bendara Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat - 18 Oktober 2011
Warok Ponorogo selalu menggunakan sabuk yang terbuat dari seutas tali dari benang yang dikepang dengan rumbai-rumbai dikedua ujungnya, sabuk tersebut bernama usus.
Perjalanan Menuju Pernikahan Agung Keraton Kasultanan Yogyakarta
Tradisi bancaan adalah budaya adat Jawa berupa slametan atau upacara selamatan yang disimbolkan dengan tumpeng dan kelengkapannya sebagai wujud syukur dan doa kepada Tuhan.
Di kaki Gunung Merapi tepatnya di Dusun Sengi, Kelurahan Sengi, Kecamatan Dukun masih hidup tradisi dan kesenian asli Masyarakat Jawa.
Penjor, sebuah karya seni dekorasi tradisional yang selain rasat dengan makna sebagai ungkapan kebahagiaan, juga mempunyai nilai manfaat ekonomi untuk masyarakat dan sarat keindahan.
Membersihkan senjata tombak yang disimpan di dalam Pura Pangrebongan sebagai bagian awal dari prosesi perayaan odalan atau yang dikenal dengan upacara Pangrebongan di Kesiman Denpasar Timur Bali.
Gaya perempuan tradisional Bali dengan kain yang dililitkan di atas kepala, mulai dari handuk hingga jaketpun jadi, hal tersebut dilakukan untuk alas saat mereka membawa beban diatas kepala atau nyuwun.
Suguhan atau keramahan selalu menyertai setiap hajatan di negeri ini, ada teh, kopi dan jajan pasar yang selalu menemani tamu hingga tidak merasa sendiri, seperti setiap gelaran upacara adat di Puri Agung Kesiman Denpasar.
Beberapa perempuan Bali dengan membawa canang sari atau banten sedang bersembahyang bersama, biasanya sering ditemui saat ada perayaan adat atau keagamaan yang berlangsung di sebuah Pura di Bali.
Dalam acara adat atau keagamaan di Bali, sering terlihat para perempuan membawa sebuah wadah yang terbuat dari anyaman bambu untuk menempatkan banten, di Bali beberapa orang menyebutnya keben atau sekasi.
Membawa barang dengan mengusung diatas kepala sangat biasa dilakukan masyarakat Bali, khususnya kaum perempuan saat beraktifitas di sawah atau di pasar. Oleh beberapa masyarakat Bali cara itu disebut dengan nyuwun.
Membawa banten atau sajen dengan mengusungnya diatas kepala yang biasa dilakukan kaum perempuan Bali disebut nyunggi , biasanya aktifitas tersebut sering ditemui saat ada perayaan atau piodalan di sebuah Pura.
< Prev 1 2 3 4 5 6 7 Next >