Foto - kesiman

Bagi masyarakat adat Bali, kematian bukanlah akhir dari kehidupan, melainkan untuk memasuki kehidupan baru yang lebih baik. Sehingga melepas kematian seseorang harus disertai dengan doa dan kerelaan, serta suka cita
Bagi masyarakat adat Bali, kematian bukanlah akhir dari kehidupan, melainkan untuk memasuki kehidupan baru yang lebih baik. Sehingga melepas kematian seseorang harus disertai dengan doa dan kerelaan, serta suka cita
Membersihkan senjata tombak yang disimpan di dalam Pura Pangrebongan sebagai bagian awal dari prosesi perayaan odalan atau yang dikenal dengan upacara Pangrebongan di Kesiman Denpasar Timur Bali.
Suguhan atau keramahan selalu menyertai setiap hajatan di negeri ini, ada teh, kopi dan jajan pasar yang selalu menemani tamu hingga tidak merasa sendiri, seperti setiap gelaran upacara adat di Puri Agung Kesiman Denpasar.
Beberapa perempuan Bali dengan membawa canang sari atau banten sedang bersembahyang bersama, biasanya sering ditemui saat ada perayaan adat atau keagamaan yang berlangsung di sebuah Pura di Bali.
Kisah kembalinya bokat (tombak bertangkai pendek)Poleng Kesiman yang diperabukan bersama Jro Wayan Genteh ke Sentaka
Pameran fotografi Pengerebongan Spirit of Kesiman, sebuah rekaman gambar foto-foto yang mencoba menguak makna dan pencarian filosofi dari sebuah ritual budaya warisan leluhur masyarakat Kesiman.
Seorang Pemangku dengan pandangan moderen yang mengabdi karena panggilan hati dan kecintaan akan keluhuran budaya Bali.
Penari api dari Penggak Kesiman, bakat-bakat muda dan kreatif mendapatkan tempat untuk berekspresi dengan hati tanpa dibebani dengan batas di rumah budaya ini.
Pangrebongan,sebuah pesta adat yang besar di daerah Kesiman Denpasar Timur, dilaksanakan delapan hari setelah hari Raya Kuningan dan sarat dengan makna serta keunikan sebagai khasanah budaya Nusantara.
Sebuah simbol salah satu perangkat dari Niskala memasuki Pura Pangrebongan,merupakan prosesi untuk mengawali sebuah pesta akbar untuk menghibur Raja dan rakyat pada masa kejayaan kerajaan Kesiman.
Pemandangan yang sering dijumpai di pulau para Dewa, keberadaan para pembawa banten selalu mewarnai setiap upacara adat.
Seorang Pemangku dengan pandangan moderen yang mengabdi karena panggilan hati dan kecintaan akan keluhuran budaya Bali.
Anak perempuan Bali dengan terampil membawa besek besar terbuat dari bambu yang berisi banten untuk sembahyang pagi.Tatanan dan tuntunan yang diajarkan menjadi kekuatan tradisi masyarakat Bali.
Santai dan penuh keakraban saat Punggawa KratonPedia berkunjung ke Pamerajan Puri Agung Kesiman setelah memperkenalkan Jemparingan atau Panahan Tradisional Mataraman kepada Penglingsir dan kerabat Puri.
Anak Agung Ngurah Gede Kusuma Wardana , Pelingsir Puri Kesiman Denpansar , Penggagas Penggak di daerah Kesiman untuk mewadahi kegiatan sosial budaya dan berkesenian untuk masyarakat umum khususnya kaum muda.
Turah Kesiman , Semangat Yang Tidak Pernah Padam