Foto - royal wedding keraton kasultanan yogyakarta

18 Oktober 2011 adalah saat digelarnya kirab royal wedding yang menjadi sebuah pesta pernikahan besar sebenarnya, kemeriahan pesta rakyat Yogyakarta, dari rakyat Yogyakarta untuk dunia.
Pengantin Kraton bersiap mengikuti prosesi kirab pengantin dengan kereta berkuda
Kereta Jong Wiyat yang membawa pasangan penganten Royal Wedding tenggelam di tengah lautan manusia yang berbagi kegembiraan dalam pestanya rakyat Yogyakarta.
Lambaian tangan pasangan KPH Yudonegara dan GKR Bendara memberikan kebahagiaan bagi warga Yogyakarta yang sudah menunggu dengan pengorbanan dan kesetiaan dalam kemeriahan pesta rakyat.
Kereta Jong Wiyat peninggalan Sri Sultan Hamengku Buwono VII buatan Belanda pada tahun 1880, sebagai kendaraan kirab penganten KPH Yudonegara dan GKR Bendara.
Kusir kereta kuda yang mengikuti kirab pengantin dari kraton Yogyakarta menuju Kepatihan
Salah satu kelengkapan penari Topeng Ireng yang unik, sepatu boot dengan asesori lonceng kecil yang memberi efek bunyi-bunyian gemerincing saat mereka menari.
Tarian yang dibawakan kesenian Topeng Ireng di sepanjang jalan Malioboro memberikan efek keindahan goresan warna warni melalui kostum dan riasan para personelnya.
Ceret Telu yang berarti tiga cerek untuk merebus air, adalah bagian yang tak terpisahkan dari angkringan
Tata rias dan kostum kesenian rakyat dari lereng gunung Merapi Kabupaten Boyolali ini sungguh eksotis dan penuh semangat dengan ekspresi warna yang berani.
Topeng Ireng kesenian tradisional dari Kabupaten Boyolali ikut meramaikan jalannya kirab Royal Wedding dan menambah kemeriahan pesta rakyat Yogyakarta.
Meski kerata yang dipergunakan untuk kirab sudah ditarik dengan kuda yang kekar, namun ternyata masih dibutuhkan bantuan tenaga tambahan dari abdi dalem untuk mendorongnya melintasi lautan manusia.
Personel Bregada Ketanggung yang beberapa personelnya sudah berusia lanjut, tampak tetap bersemangat dan tak mengenal lelah meskipun suhu saat itu sangat panas dikarenakan cuaca dan jumlah ribuan massa yang memadati jalan Mal
Bregada Ketanggung membelah kerumunan warga Yogyakarta yang sejak siang hari dengan setia berdesakan menunggu lewatnya sang penganten KPH Yudanegara dan GKR Bendara.
Prajurit Kraton Yogyakarta yang bernama Bregada Wirobrojo ini selalu melangkah dengan tegap sebagai cucuk lampah atau pembuka barisan dalam setiap hajatan yang digelar Kraton Yogyakarta.
Suasana jalan Malioboro diambil pada pukul 06.57 WIB pagi hari sebelum pelaksanaan Pernikahan Agung
Lantunan suara seruling adalah kekhasan yang selalu mengiringi langkah prajurit Kraton Yogyakarta.
Warga sangat antusias menyambut pasangan pengantin baru di depan Gedung Agung Yogyakarta
Seorang anak berusaha bertahan pada posisi yang dianggap pas untuk melihat iring-iringan pengantin. Kenyamanan menjadi nomer sekian.
Mencoba peruntungan dengan berjualan di sela-sela penonton kirab Pengantin Agung Kraton Yogyakarta
Bregada Wirobrojo melangkah dengan senyum ramah membuka barisan kirab dalam pesta rakyat Pawiwahan Ageng Kraton Yogyakarta.
Ada 200 Angkringan yang menyediakan makanan rakyat tersebar di sepanjang Jl. Malioboro, dibagikan gratis bagi seluruh warga.
Bregada Wirobrojo atau dikenal sebagai Prajurit Lombok Abang bersiap menjadi cucuk lampah iring-iringan pengantin.
Tari Topeng Ireng, sumbangan warga lereng Merapi
< Prev 1 2 Next >