Jika dilihat sekilas gambar diatas hanya tampak sebagai gambar suasana di sebuah pasar daging yang tidak terlalu ramai. Tapi jika kita berkenan untuk menelaah gambar itu lebih jauh lagi, kita akan bisa melihat sesuatu yang lebih baik secara serius ataupun secara sedikit berandai-andai.

Secara serius gambar tersebut memperlihatkan suasana yang menyedihkan karena pasar yang sepi berarti kegiatan perekonomian di pasar itu tidak berjalan sebagaimana mestinya. Tidak dapat saya bayangkan berapa banyak pedagang yang merugi, dan berapa banyak perut anak istri yang tidak terisi. Pasar yang sepi bisa menjadi cikal bakal berbagai masalah sosial, karena perut lapar akibat kemiskinan adalah janin dari tindak kriminal dan perlaku menyimpang lainnya. 

Sedangkan secara berandai-andai ada juga hal menarik yang bisa kita lihat dari pasar daging. Bagi sebuah daging (ya ayo kita sedikit berimajiansi) yang baru pergi dari rumah pemotongan sapi, pasar merupakan terminal transit untuk melanjutkan nasib mereka. Jika dibeli oleh chef dari restoran bintang lima, nasib merka beruntung. Mereka akan menjelma jadi makanan mahal!! Tapi jika yang membeli mereka adalah seorang pengusaha warteg, nasib mereka akan datar menjadi makanan yang dijajakan di warung yang kadang terpapar adap knalpot. Golongan daging paling tidak beruntung adalah yang tidak laku. Bukannya jadi makanan, pilihan mereka hanya dua yaitu busuk, atau jadi makanan ternak

Dari sudut pandang manapun anda memutuskan menelaah gambar itu, hanya satu yang bisa kita dapatkan yaitu sebuah gambar memang dapat memiliki ribuan arti, kemudian selanjutnya jika kita lebih peka dan mau untuk meresapi suatu hal kita bisa mengambil pelajaran ataupun hal-hal menarik yang sebelumnya tidak di duga-duga. Dengan meresapi hal sederhana di sekitar kita, kita bisa belajar untuk lebih berempati dan juga kita bisa mengembangkan hal sederhana itu menjadi cerita yang bisa membuat kita bahagia. Ya memang bahagia itu sederhana.