Bulan Purnama di Bali

Xenia Veryano
Artikel oleh : Xenia Veryano
Foto oleh : http://cdn.tmpo.co/data/2012/05/04/id_118497/118497_620.jpg
Pin It

Masyarakat Bali sangatlah religius sehingga banyak berbagai macam ritual untuk mensucikan diri dan memohon penyempurnaan, salah satunya adalah pemujaan pada saat Purnama. Bulan purnama terjadi bisa dimana saja. Bulan purnama adalah salah satu fase bulan dimana bulan terletak dibelakang bumi, karena satu siklus bulan lamanya ialang 29,5 hari maka nulan purnama biasanya terjadi di antara hari ke-14 dan ke-15 dalam kalender lunar.

Tetapi di Bali, bulan Purnama merupakan hari yang istimewa. Setiap bulan purnama, umat Hindu khususnya yang berada di Bali melaksanakan sembahyang bersama di Pura. Hal ini dilakukan karena diyakini pada saat posisi bulan segaris lurus dengan matahari dan bumi, maka banyak energy alam semesta (makrokosmo) akan mempengaruhi manusia. Kehidupan manusia di dunia sebagai mikrokosmos perlu diselaraskan melalui sembahyang yang diyakini mampu menyerap energi positif alam dan mengeluarkan energi yang negative. Dengan demikian, manusia akan merasa tenag dan nyaman, karena dalam kondisi yang seimbang dengan alam.

Pemujaan Purnama diyakini oleh umat Hindu di Bali adalah hari baik untuk melakukan menyucikan diri sendiri secara lahir dan batin. Pemujaan Purnama ditujukan kehadapan Sanghyang Candra dan Sanghyang Ketu sebagai dewa kecermerlangan untuk memohon kesempurnaan dan cahaya suci dari Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam berbgai wujud Ista Dewata. 

Disesuaikan dengan namanya pemujaan Purnama, Kata Purnama berasal dari kata “purna” yang artinya sempurna. Purnama dalam kamus umum Bahasa Indonesia berarti bulan yang bundar atau sempurna (tanggal 14 dan 15 kamariah). Pelaksanaan ini dilakukan ketika terjadi bulan Purnama terjadi yakni pada setiap jatuhnya malam saat bulan Purnama penuh dan hari suci ini dilakukan setiap 15 hari sekali setiap bulannya. Beberapa sloka yang terkait dengan Purnama dapat ditemui dalam Sudarigama yaitu:

 

“Muah ana we utama parersikan nira Sanghyang Rwa Bhineda, makadi, Sanghyang Surya Candra, atita tunggal we ika Purnama mwang Tilem. Yan Purnama Sanghyang Wulan ayoga, yan ring Tilem Sanghyang Surya ayoga ring sumana ika, para purahita kabeh tekeng wang akawangannga sayogya ahening-hening jnana, ngaturang wangi-wangi, canang biasa ring sarwa Dewa pala keuannya ring sanggar, Parhyangan, matirtha gocara puspa wangi”

 

Salah satu aspek pencapaian dalam upacara ini ialah untuk membersihkan diri lahir maupun batin, karena kebersihan lahir dan batin ini merupakan perwujudan keimanan, kebersihan secara lahir yang dimana kotoran yang melekat pada badan akan bersih kembali, jiwa yang suci pun akan membuat fikiran dan perbuatan yang suci pula. Kebersihan hati menjadi suatu aspek yang diperlukan terutama ketika melakukan permohonan kepada Sang Pencipta sehingga tercapai kebahadiaan baik di dunia maupun di akhirat. Inilah kenapa kebersihan sangatlah penting, artinya untuk bias tercapai suatu kebahagiaan, lebih-lebih dalam hubungannya dengan pemujaan kepada Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Suci), maka kebersihan maupun kesucian lahir dan batin merupakan syarat yang sudah mutlak.

Dari apa yang lihat, didengar dan lakukan penyucian diri atau kebersihan diri mempunyai peran penting dalam kehidupan untuk mencapai keselarasan, baik itu untuk diri sendiri, orang lain, lingkungan maupun di hadapan Tuhan. Dengan  kebersihan diri, kita akan diberikan jalan kemudahan menuju kebahagian. Jadi mari kita jaga dan pelihara terutama kebersihan hati dan pikiran, karena dengan itu semua hidup kita akan terasa lebih bermakna, baik mata di dunia maupun di hadapan Sang Pencipta.

Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos