Sutradara Cinta dan Campursari

Nabila Ernada
Artikel oleh : Nabila Ernada
Foto oleh : Nabila Ernada
Pin It

Campursari, meskipun terkenal diantara sebagian besar kalangan di Indonesia, masih kurang dikenal. setelah memperhatikan beberapa genre di Indonesia, Indonesia mahir dalam kolaborasi, seperti contoh Campursari. Genre yang tersegmentasi, di Indonesia sendiri terdapat berbagai variasi. Setelah membaca menegenai campursari, saya sendiri menemukan beberapa lagu campursari dan sebagai seseorang yang sebenarnya masih baru, lewat Kratonpedia kali ini saya akan mereview dari mata dan pendengan awam seperti saya saya.


Setelah melihat album-album kompilasi Didi Kempot, saya teliti tiap judul satu persatu, sampai saya menemukan satu judul yang seperti memanggil nama saya. Hmm, interesting secara personal — judul-judul lagu Didi Kempot tidak masuk ke selera saya, seperti Perawan Kalimantan atau Layang Kangen. Namun, setelah membaca satu persatu — ada satu judul yang menarik bagi saya, Sutradara Cinta. 


Dari judulnya saja, menarik bukan? Besides, what can go wrong with a good ol’ love song?


Saya kemudian mengetik judul lagu tersebut di Youtube, dan mencari videoclip lagu berumur lebih dari 10 tahun itu. 


Videoclip ini dibuka dengan senyuman satu perempuan, dengan adegan klasik menyender di pohon. Kemudian disusuli sesorang yang (sepertinya) pasangan dia.


Secara musicwise, it’s good! It’s okay! Saya bisa mendengar melodi dari gitar, dan irama dari bongos. Mengulang melodi yang sama, yang kemudian di overlay dengan semacam alat woodwind, seperti suling. Yang saya bisa dengar adalah gitar elektrik yang kontras dan berbeda, tidak seperti yang saya ekspektasikan. 


Didi Kempot masuk ke lagu dan videoclipnya, liriknya cukup menarik. Sepanjang videoklip terdapat pasangan dimana matrilineal terlihat dimana si perempuan selalu memiliki senyuman licik di wajahnya, sedangkan pasangannya lebih cenderung merenung di video ini, sedangkan Didi Kempot melanturkan lagu-nya di frame yang berbeda.


Lagu ini bercerita mengenai, si perempuan yang disebut sebagai sutradara cinta. Yang memegang kendali dari hubungan ini, dimana laki-lakinya hanya sebagai seorang pemain dalam hubungannya, dimana sebagai laki-laki, dia merasa tertipu — tertipu oleh wanita bibir perayu.


“Luka oh luka

Luka dalam dalam dalam dalam 

hidupku..”


Lirik reff yang terus menerus mendengung di kepala saya. Yang saya dapatkan setelah mengevaluasi isi liriknya, lagu ini berputar di dalam keyword: Sutradara Cinta, Tipu, Luka dan Dalam.


Campursari, genre yang cukup berbeda dengan apa yang saya dengarkan. Dan dengan lirik yang begitu berbeda, ekspektasi saya mengenai judul Sutradara Cinta adalah suatu lagu cinta-cintaan yang tipikal, yang ujung-ujungnya happy ending. Namun, ternyata lirik dari lagunya menunjukan kebalikan dari  apa yang saya kira. Lagunya fokus ke patah hati, luka dan penipuan. 


Ini yang saya pahami dari campursari, dengan melodi campuran dari dangdut ditambah dengan keroncong — dari akulturasi berikut bisa tergabung membuat suara yang kalau bisa gue bilang, Indonesia banget. Untuk campursari sendiri, secara harfiah campursari artinya campur aduk, campur baur atau gabungan dari beraneka macam dan ragam. Bentuk musik ini merupakan perpaduan permainan alat musik  berskala nada pentatonis dan berskala nada diatonic, dimana dalam musik ini para seniman mencoba memadukan dua unsur musik yang berbeda untuk dapat memunculkan suatu bentuk musik yang baru. 


Campursari ini dipopulerkan oleh Ki Narto Sabdo melalui pertunjukan wayang kulit yang dimainkannya, namun musik campursari yang disuguhkannya masih dalam bentuk corak lama yaitu perpaduan gamelan asli dengan keroncong.


Sementara campursari yang ada sekarang mungkin lebih dikenal dengan campursari modern yang dipopulerkan oleh Manthous  bersama saudara- saudaranya pada awal tahun 1993. Disitulah dicoba pergabungan alat-alat musik tradisional jawa klasik seperti kendang, gong dan gender dipadu dengan alat music keroncong seperti ukelele, cak dan cuk, seruling, bass betot, serta instrument lainnya. 


Perpaduan alat musik tersebut menghasikan irama yang lumayan enak, dimana terasa komplit, dan ada gregetnya jika dibandingkan irama kroncong maupun ending jawa klasik sebelumnya, menurut saya ini karena ada perpaduan musik modern yang masuk, karena Manthos mulai mencoba bereksperimen dengan memasukkan instrument pengganti bass betot dan gitar klasik, yaitu dengan memasukkan bass dan gitar elektrik serta keyboard untuk menggantikan seruling dan ukelele. Kehadiran keyboard ini semakin menghidupkan musikalitas campursari dan bunyi yang dihasilkan sangat sempurna.


Dengan transisi campursari tradisional ke modern, Didi Kempot masuk sebagai salah satu bintang dalam campursari. 


Kembali lagi ke topik Didi Kempot dan Sutradara Cinta, yang saya lihat lebih menarik adalah komentar mengenai lagu ini banyak sekali. Sampai hari-ini pun, Sutradara Cinta memiliki banyak penikmat. Segmentasi genre campursari menyebar ke seluruh penjuru Indonesia, dengan pengikut yang begitu aktif dan peduli.


Komentar para fans-Didi Kempot beragam, dari yang sekedar memuji, sampai ke bercerita mengenai pengalaman pribadi yang seperti isi lagu Sutradara Cinta. It amazes me, bahwa banyak yang begitu interaktif. Saya sebagai orang awam yang masuk ke skena campursari, cukup salut dengan orang yang berada di dalamnya. Para musisi dan para penikmat.


Dari segi lirik, dan kemampuan musikalitas didalamnya. Selama ini, saya cuman paham musik ada yang seperti ini-itu saja dengan adanya fans yang ini-itu saja — setelah melihat begitu banyak respons mengenai campursari sendiri, pada era yang sekarang, saya mulai terbuka mengenai musik yang ada di Indonesia, dan saya harap — untuk orang-orang yang awam seperti saya, mulailah coba menggali  ke akar budaya musik kalian, Indonesia itu kaya musik daerah yang menarik untuk kalian telusuri. 

   

 

Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos