Arjuna: Aku Bukan Playboy

Abednego Kurniawan Sigit
Artikel oleh : Abednego Kurniawan Sigit
Foto oleh : Abednego Kurniawan Sigit
Pin It

Siapa yang tak kenal Arjuna? Karakter wayang satu ini hampir terdapat dimana-mana mulai dari brand-brand restoran Indonesia bahkan sampai toko jasa printing. Dari seluruh karakter-karakter legenda Mahabrata, Arjuna adalah salah satu karakter yang paling dikenal. Arjuna tentunya terkenal dengan ketampanan dan ketangguhannya. Nama “Arjuna” sendiri memiliki makna “putih” atau “bening”. Oleh sebab itu, tak jarang orang tua memberikan nama kepada anak Arjuna. Raden Arjuna yang biasa dikenal dengan julukan ksatria Panengah Pandawa ini merupakan putra ketiga dari pasangan Dewi Kunti dan Prabu Pandu. Seperti yang lainnya, Arjuna pun sesungguhnya bukan putra Pandu, namun ia adalah putra dari Dewi Kunti dan Batara Indra.

            Poligami membuat suatu perdebatan dari berbagai sudut pandang. Memiliki istri lebih dari satu tampaknya dilihat masyarakat Indonesia dengan pandangan yang negatif. Seperti fakta bahwa Arjuna memiliki banyak istri, yang membuat kesan Arjuna seperti sosok mata keranjang, penuh hawa nafsu, serakah istri, suka mempermainkan perempuan atau istilah bahasa modern yang tak jarang kita dengar di zama sekarang – Playboy.

Dalam pewayangan diceritakan bahwa Arjuna memiliki lebih dari 40 orang istri namun hanya beberapa saja yang terkenal dan sering di singgung dalam pedalangan. Istri-istri Arjuna adalah sebagai berikut :

 

– Endang Jimambang berputra Bambang Kumaladewa dan Bambang Kumalasekti

– Dewi Palupi atau Dewi Ulupi berputra Bambang Irawan

– Dewi Wara Sumbadra berputra Raden Angkawijaya atau Raden Abimanyu.

– Dewi Srikandi tidak berputra

– Dewi Ratri berputra Bambang Wijanarka

– Dewi Dresnala berputra Bambang Wisanggeni

– Dewi Juwitaningrat berputra Bambang Senggoto yang beujud raksasa

– Endang Manuhara berputri Dewi Pregiwa dan Dewi Manuwati

– Dewi Banowati berputri Endang Pergiwati (diasuh oleh Endang Manuhara)

– Dewi Larasati berputra Bambang Sumitra dan Bambang Brantalaras

– Dewi Gandawati berputra Bambang Gandakusuma

– Endang Sabekti berputra Bambang Priyembada

– Dewi Antakawulan berputra Bambang Antakadewa

– Dewi Supraba berputra Bambang Prabakusuma

– Dewi Wilutama berputra Bambang Wilugangga

– Dewi Warsiki tidak diketahui putranya

– Dewi Surendra tidak diketahui putranya

– Dewi Gagarmayang tidak diketahui putranya

– Dewi Tunjungbiru tidak diketahui putranya

– Dewi Leng-Leng Mulat tidak diketahui putranya

– Dewi Citranggada berputra Bambang Babruwahana

– Dewi Lestari tidak berputra

– Dewi Larawangen tidak berputra

– Endang Retno Kasimpar tidak berputra

– Dewi Citrahoyi tidak berputra

– Dewi Manukhara tidak berputra

 

Buseeeeeeet. Banyak sekali, bukan? Kita mungkin akan berasumsi “Jika seperti itu tidak salah lagi dong bisa dikatakan playboy.” Namun, hal itu ternyata dapat dikatakan sebaliknya. Alasan mengapa bahwa ia banyak beristri adalah karena ia mudah diterima dan menerima setiap kalangan. Tidak memandang kelas dan strata. Arjuna enggan membeda-bedakan derajat manusia lain yang ditemuinya. Oleh sebab itu, Arjuna juga sangat berilmu karena ia dapat diterima juga dengan banyak guru.

Arjuna gemar menuntut ilmu sejak saat ia menapakkan kakinya untuk pertama kali. Ia menuntut ilmu pada siapapun. Menurutnya lingkungan masyarakat adalah gudang dari ilmu. Guru-gurunya antara lain adalah Resi Drona, dari Resi Dona ia mendapat senjata ampuh yang bernama panah Cundamanik dan Arya Sengkali, yang kedua adalah Begawan Krepa, Begawan Kesawasidi, Resi Padmanaba, dan banyak pertapa sakti lainnya. Dalam kisah Mahabarata, Arjuna berguru pada Ramaparasu, namun dalam kisah pewayangan, hal tersebut hampit tidak pernah disinggung. Hal ini Meskipun berilmu tinggi, Arjuna cenderung mudah terjebak dalam keraguan. Hal ini nampak jelas sekali saat ia kehilangan semangat saat akan menghadapi saudara sepupu, dan guru-gurunya di medan Kurusetra. Keburukan dari Arjuna adalah sifat sombongnya. Karena merasa tangguh dan juga tampan, pada saat mudannya ia menjadi sedikit sombong. Sejak muda, Arjuna sudah gemar menuntut ilmu. Ia menuntut ilmu pada siapapun. Menurutnya lingkungan masyarakat adalah gudang dari ilmu. Guru-gurunya antara lain adalah Resi Drona, dari Resi Dona ia mendapat senjata ampuh yang bernama panah Cundamanik dan Arya Sengkali, yang kedua adalah Begawan Krepa, Begawan Kesawasidi, Resi Padmanaba, dan banyak pertapa sakti lainnya. Dalam kisah Mahabarata, Arjuna berguru pada Ramaparasu, namun dalam kisah pewayangan, hal tersebut hampit tidak pernah disinggung.

Jika kita merefleksikan di kehidupan nyata, kita seringkali memandang remeh orang lain dengan membandingkan ketidakmampuan dan kelemahan orang lain dengan kemampuan dan kelebihan kita. Tak jarang kita menghakimi orang lain dalam pertemuan pertama sekalipun. Arjuna dapat menjadi teladan bagi kita terutama dalam peribahasa padi “semakin berisi semakin merunduk”. Setinggi apapun ilmu yang kita miliki, kita justru harus lebih mengerti bagaimana kita bisa menerima orang lain. Dan langkah itu merupakan awal agar kita juga bisa diterima di berbagai macam kalangan.

Setiap manusia pasti diberikan talenta masing-masing. Namun, tumbuh atau tidaknya suatu talenta untuk ada pada pegangan tangan kita. Arjuna menyadari setiap talenta yang diberikan oleh Gusti dan memupuk masing-masing. Tak sedikit dari kita yang tidak menyiram air pada bibit talenta yang sudah diberikan dari Tuhan. Semua orang bertalenta tetapi tidak semua orang sadar akan hal itu yang menyebabkan talenta tersebut mati.

So, pasti teman-teman punya minat dan bakat tersendiri kan? Yang pastinya jangan malas-malasan kalau sudah tahu bakatnya apa. He-he!

 

Remember, hard-work doesn’t beat talent. It nourishes it! 

Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos