Bima: Busana Lambang Identitas

Abednego Kurniawan Sigit
Artikel oleh : Abednego Kurniawan Sigit
Foto oleh : Abednego Kurniawan Sigit
Pin It

Bima: Busana Lambang Identitas

 busana-raden-werkudara-karyaku3-page1-copy_1.jpg

Berhati lembut, namun menakutkan bagi pasukan lawan. Ini merupakan karakteristik esensial bagi Raden Wrekudara atau yang biasa kita selama ini kita kenal dengan nama Bima. Sastra yang menghiasi nama “Bima” sendiri sebagai busana identitas tentunya memiliki makna tersendiri. Kata “bhīma” dalam bahasa Sanskerta memiliki arti seperti 'hebat', 'dahsyat', 'mengerikan'. Tak hanya nama, busana secara harfiah yang dikenakan tiap-tiap bagian tubuh Ksatria dengan tujuh puluh kekuatan gajah ini pun memiliki arti tersirat.

Mulai dari bagian atas kepala, Gelung Minangkara Cinandhi Rengga yang bersifat endhek ngarep dhuwur mburi, dalam Bahasa Indonesia berarti “rendah depan tinggi belakang”. Makna yang tersirat dibalik busana ini melambangkan bahwa Bima merupakan ksatria yang enggan menyombongkan diri akan ilmu dan kekuatan yang dimilikinya. Serta dapat menunjukkan dirinya sebagai makhluk Tuhan, dan juga Tuhan sebagai penguasa yang harus disembah.

Pada bagian dahi terdapat Pupuk Mas Rineka Jaroting Asem yang memiliki bentuk seperti akar pohon asem yang wujudnya rumit sebagai simbol bahwa  Bima memiliki akal budi yang sangat maju.

Sumping Pudhak Sinumpet, mewujudkan Bima sebagai pribadi yang memiliki pengetahuan yang apik dalam teologi tetapi enggan dipamerkan kepada semua orang. Layaknya peribahasa “air tenang menghanyutkan”, Bima memiliki wawasan seluas dan sedalam samudra walaupun tampaknya tak demikian rupa. Beberapa kisah wayang yang dapat dilihat seperti pada kisah Dewa Ruci kemudian dilanjutkan dengan kisah Bima Suci. Pada kisah yang pertama diceritakan bahwa Bima bertemu dengan guru sejatinya yang mengajarkan tujuan hidup kepada Bima. Dari mana hidup tercipta, untuk apa hidup tercipta dan akan dibawa kemana hidup manusia pada akhirnya. Sedangkan pada kisah Bima Suci, Bima menjadi pertapa yang mengajarkan ilmu tersebut kepada Hanoman dan Arjuna.

Anting-anting Panunggul Maniking Toya yang menghiasi telinga Ksatria tersebut memberikan makna kejernihan dalam penglihatan mata batin Bima. Dengan hati yang terbuka ia dapat memahami berbagai macam karakter orang-orang yang ditemuinya.

Pada kedua lengan Bima terdapat perhiasan yang berbentuk belahan buah manggis yang dikenal dengan nama Kelat Bahu Rineka Balibar Manggis Binelah Tekan Kendhagane. Perhiasan tersebut sebagai represan Raden Wrekudara dikenal memiliki hati yang tulus dan tak pernah ingkar janji.

Raden Wrekudara dikenal dapat memberi pencerahan orang lain layaknya cerah rembulan pada malam hari. Gelang Candrakirana yang memajang pergelangan tangan Raden Wrekudara memberikan simbol bulan purnama. Hal ini melambangkan bahwa Bima adalah orang yang memiliki pengetahuan yang benar serta luas yang digunakan untuk diamalkan kepada sesama.

Kuku Pancanaka merupakan lima kuku yang sama panjangnya yang menandakan Bima merupakan orang yang mampu menyimpan berbagai macam pengetahuan. Tak hanya itu, busana ini melambangkan bahwa Bima merupakan pelindung perkasa para Pandawa.

Busana yang terdapat pada pinggang Raden Wrekudara tak lain dikenal dengan nama Paningset Cindhe Bara Binelah Numpang Wentis Kanan Kering yang melambangkan orang yang sudah menguasai keyakinan religi dengan tuntas.

Porong Nagaraja Mungwing Dhengkul. Maknanya Bima memegang kebenaran dan memantapkan ilmu diri terhadap kritik dan pendapat orang lain.

Diantara semua, salah satu busana yang paling mengesankan yang tersirat beberapa mendalam yang sangat mendalam adalah Kampuh Poleng Bang Bintulu. Kampuh yang mempunyai pewarnaan kotak-kotak warna merah, hitam, putih, kuning, dan hijau yang  melambangkan sifat-sifat yang ada dalam diri manusia. Hal ini juga termasuk bentuk simbolisasi dan nafsu manusia, yaitu Lawwamah, Sufiah, Ammarah, dan Mutmainah. Nafsu merah dari desakan kedugingan yang berasal dari anasir api (keberanian,) nafsu hitam berasal dari anasir tanah (kekuatan), nafsu kuning berasal dari anasir suasana/udara (kesucian) dan nafsu putih yang berasal dari anasir air (kebijaksanaan). Empat nafsu tersebut merupakan pembentuk jasmani dan sifat Bima yang layaknya di dunia ini manusia harus kendalikan, atau kalahkan.

  Bagaimana dengan cerminan busana kita? Siapakah figur yang patut kita panut sebagai contoh yang layak? Apa sebaiknya kita yang bisa menjadi contoh? Bima mengajarkan bahwa busana merupakan lambang yang memberikan makna kepada banyak orang untuk membuat pemikiran terhadap kepribadian kita. Dress properly and well, teman-teman!

 

Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos