Garuda Wisnu Kencana

Xenia Veryano
Artikel oleh : Xenia Veryano
Foto oleh : Xenia Veryano
Pin It

Garuda Wisnu Kencana (GWK) Cultural Park merupakan sebuah taman wisata di Unggasan Jimbaran Bali dengan objek wisata Patung GWK (Garuda Wisnu Kencana). Patung GWK ini adalah patung replika Dewa Wisnu yang menunggangi kendaraan bernama Garuda karya pematung terkenal Bali, I Nyoman Nuarta. Area Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana berada di ketinggian 126 meter di atas permukaan tanah atau 263 meter di atas permukaan laut.

Patung Garuda Wisnu Kencana ini nantinya akan menjadi landmark pariwisata Indonesia diabad modern. Patung GWK ini akan menjadi sejarah patung yang terbesar di dunia dengan berat mencapai 3000 ton. Struktur patung dibuat dengan bahan tembaga, kuningan, baja, serta pada bagian tertentu akan dilapisi mozaik emas. Patung GWK diklaim akan mengalahkan tinggi dari patung Liberty di New York, Amerika Serikat.

Patung GWK merupakan patung yang berwujud Dewa Qisnu mengendarai Burung Garuda. Dalam kepercayaan agama Hindu Dewa Wisnu adalah Dewa pemelihara (sthiti). Garuda Wisnu Kencana diartikan burung Garuda kendaraan Dewa Wisnu, yang dalam kisah singkatnya diceritakan bahwa Sang Garuda merelakan diri menjadi kendaraan Dewa Wisnu sebagai tebusan karena Sang Garuda telah mengambil pusaka Tirta Amerta Dewa Wisnu tanpa izin, hal ini dilakukan Sang Garuda demi untuk menyelamatkan ibunya dari perbudakan. Maka sebagai ganti dan menebus kesalahanya Sang Garuda menjadi kendaraan Dewa Wisnu.

Di masa depan, diharapkan patung GWK akan menjadi simbol kebudayaan berbasis keseimbangan alam. Hal tersebut selaras dengan konsep Tri Murthi yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Bali, khususnya umat Hindu. Konsep ini menjelaskan dimana Dewa Wisnu bertugas memelihara alam semesta dan Garuda sebagai kendaraannya merupakan simbol pengabdian tanpa pamrih.

Sehubungan dengan pembangunan GWK yang tak kunjung usai, ada beberapa hal yang menarik perhatian saya. Ketika berkunjung ke GWK, saya menyepatkan diri untuk bertanya-tanya kepada salah satu pemandu tur disana. 

Kita semua tahu bahwa Bali merupakan daerah yang sangat menjunjung tinggi adat dan kepercayaan (Hindu). Aura dari Pulau Bali sangatlah berbeda dengan daerah-daerah lain di Indonesia. Dari hal kecil seperti sesajen yang selalu kita bisa lihat hampir di depan semua toko di Bali hingga acara adat yang selalu berlansung setiap tahunnya.

Menurut Pak Nyoman, pemandu tur GWK, pembangunan patung GWK ini tidak kunjung usai (setelah 19 tahun) dan terus dihadang masalah karena tidak sesuai dengan konsep budaya dan kepercayaan setempat. Dalam ajaran Hindu, konsep Tri Murthi dipercaya sebagai hal yang menyelaraskan keseimbangan alam. Ini digambarkan oleh tiga Dewa yakni Brahma (Sang Pencipta), Wisnu (Sang Pemelihara) dan Siwa (Sang Pelebur). Menurut Pak Nyoman, letak dari GWK tidak sesuai dengan kepercayaan di Bali. Dewa Wisnu seharusnya terletak di bagian Utara, kemudian Brahma lah yang seharusnya berada di bagian Selatan. Menurut saya ini sangatlah masuk akal karena konsep serupa juga digunakan sebagai dasar pembangungan Candi Prambanan di Yogyakarta. Candi Prambanan ini dikelilingi beberapa candi-candi kecil. Diantaranya ada tiga candi yang didedikasikan untuk Tri Murthi. Candi Prambanan merupakan candi Hindu terbesar di Indonesia. Therefore I believe that they used and believed in the same concept as what is believed in Bali.

Moreover, there are far more deep and interesting insights of GWK. The reason why it is being built so high might be because Balinese people want the representation of the God of Maintanance to overlook the entire island of Bali in hopes that it will protect Bali from all forms of evil and harm. Selain itu menurut saya, filosofi dari cerita Dewa Wisnu dan Garuda ini sangat berpengaruh dalam pemilihan dari Burung Garuda sebagai simbol negara kita. Burung Garuda yang berbakti kepada ibunya dan pantang menyerah dalam berjuang agar ibunya dapat lolos dari perbudakan. This story reflects best on our nation’s ultimate hard work and perseverance in conquering the Dutch during their colonization in Indonesia.

Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos