Gatotkaca: Superman Jadi Wayang

Abednego Kurniawan Sigit
Artikel oleh : Abednego Kurniawan Sigit
Foto oleh : Abednego Kurniawan Sigit
Pin It

Terbang kesana, terbang kesini, ia melayang laksana garuda yang menerjang udara di angkasa. Tak perlu sayap, apalagi jetpack, ia dapat menembus awan dan menghembuskan panah dari lelangitan yang dapat menghabiskan ribuan pasukan Korawa. Raden Gatotkaca merupakan putra kedua Bimasena atau Wrekudara yang berasal dari keluarga Pandawa yang kemudian menikah dengan Dewi Arimbi yang berasal dari bangsa rakshasa, putri Prabu Tremboko dari Kerajaan Pringgadani. Tak kalah dengan kekuatan superhero DC seperti Superman, Gatotkaca, dengan julukan "otot kawat tulang besi", makhluk setengah raksasa dapat menguasai langit angkasa dengan kekuatan dahsyat seperti terbang tanpa menggunakan sayap. Mungkin satu-satu hal yang membedakan kedua figur super tersebut hanyalah fakta bahwa mereka tinggal di zaman yang berbeda.

Dalam versi Jawa, sewaktu masih bayi Gatotkaca dinamai Jabang Tetuka. Yang membuat karakter Gatotkaca (Tetuka) unik adalah saat ia masih bayi, tali pusarnya tidak dapat dipotong oleh semua macam senjata. Ya jelaslah! Manusia setengah monster! Hampir di setiap cerita fiksi diceritakan bahwa karakter yang memiliki keturunan ras campuran tergolong karakter yang kuat. Antara lain Perseus si manusia setengah dewa Yunani, Star-Lord atau Peter Quill karakter dari Guardians of the Galaxy oleh Marvel dan masih banyak lainnya. Gatotkaca pun sedemikian rupa.  Coba bayangkan, pisau setajam asahan sebanyak apapun tidak akan mampu memotong tali pusar tersebut. Kita tidak tahu apakah hal ini justru membuat Tetuka sangat kuat, atau hal tersebut justru semakin membunuhnya jika tidak segera dipotong. Namun yang pasti, hal ini membuat keluarga Tetuka khawatir sehingga Arjuna, adik dari Bima ayahanda Tetuka, pergi bertapa kepada dewa untuk mendapatkan petunjuk. Bisa dilihat bahwa keterikatan keluarga sangat kuat dalam persaudaraan Pandawa. Dalam waktu yang sama, Karna yang merupakan panglima kerajaan Hastina juga sedang mencari senjata pusaka. Karna memiliki wajah yang sangat mirip dengan Arjuna sehingga membuat Batara Narada memberikan Kontawijaya kepada Karna yang seharusnya diberikan kepada Arjuna. Narada segera memberitahu Arjuna setelah ia menyadari kesalahannya. Kemudian Arjuna segera mengejar Karna, untuk mengambil dan merebut senjata Kontawijayadanu tersebut. Sayangnya, Arjuna hanya berhasil mendapatkan sarung pembungkus senjata tersebut yang tampaknya terbuat dari kayu Mastaba. Alhasil, dengan intuisi mereka bahwa sarung pusaka Konta juga bisa menyembuhkan Tetuka, sarung pusaka tersebut digunakan untuk memotong tali pusar Tetuka. Namun, sesaat hendak dipotong, sarung itu justru bersatu dengan perut Tetuka. Kayu Mastaba ini akan memberikan kekuatan bagi Tetuka tentunya. Bagaimanapun juga, Kresna yang juga menyaksikan peristiwa ini meramal bahwa Tetuka alias Gatotkaca akan mati di tangan pemilik senjata Kontawijayadanu. Kita juga mungkin bertanya darimana nama Gatotkaca itu didapatkan. Nama Gatotkaca sendiri didapatkan setelah Batara Guru menghadiahkan seperangkat pakaian pusaka, yaitu Caping Basunanda, Kotang Antrakusuma, dan Terompah Padakacarma untuk dipakai Tetuka, yang sejak saat itu berganti nama menjadi Gatotkaca. Dengan mengenakan pakaian pusaka tersebut, Gatotkaca mampu terbang menuju Kerajaan Trabelasuket dan membunuh Kalapracona.

Seperti semua karakter fiksi super yang pernah diciptakan, setiap kelebihan yang dimiliki takkan pernah lepas dengan suatu kelemahan. Superhero yang sekuat apapun pasti punya titik lemah tersendiri. Semua orang tahu bahwa kryptonite sebagai kelemahan terbesar Superman. Demikian dengan Sang Gatotkaca yang pastinya memiliki kryptonite-nya tersendiri. Sesuai apa yang sudah dikehendaki oleh Kresna, panah Kontawijaya yang dimiliki Karna merupakan kryptonite untuk menghentikan Gatotkaca, bahkan panah Kontawijaya tersebut hanya bisa dipakai sekali. Jadi kesempatan tak bisa datang dua kali untuk membunuh Gatotkaca.

Gatotkaca memang hebat. Tapi sangat disayangkan, satria setengah raksasa ini harus mati muda. Karena apa yang dikehendaki Kresna, maka kehendak tersebut terjadilah. Takdir maut bagi Gatotkaca pun terbentuk seiring perang Barathayudha berlangsung. Panah Kontawijaya menembus tubuh Gatotkaca. Superman memang bisa terbang, sembur udara es, laser, menahan runtuhan gedung yang sangat besar. Tapi membesarkan tubuh sebesar gunung? Itulah yang dilakukan Gatotkaca saat ia hendak mati oleh Karna, ia membunuh ribuan pasukan Korawa dengan badan ukuran yang tak terkira. Ia tak mati sia-sia pengorbanannya telah membawa medan perang berpihak kepada Pandawa.

Gatotkaca memang bukan hanya sekedar Superman. Ia setia, khusyuk, ambisius terhadap klan Pandawa. Terlahir dengan kebajikan, kemurahan, kebijaksanaan dan kerendah-hatian, ia memberikan suatu makna terhadap menjadi seorang karakter fiksi yang patut dicontoh sebagaimana layaknya kita menjadi manusia. Masing-masing dari kita juga pasti diberikan kekuatan dan keagungan talenta oleh Tuhan. Kemudian tinggalah keputusan kita untuk menerima, mengembangkan, mempertanggung-jawabkan dan memberikannya kembali.

Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos