Legenda Kerajaan Panjalu (Daha), Budaya Panji dan Goa Selomangleng, Kediri

Kandi Windoe
Artikel oleh : Kandi Windoe
Foto oleh : Kandi Windoe
Pin It

 IMG_0793.jpg

Mpu Bharada atas kemauan dan permintaan Raja Airlangga membagi kerajaan Kahuripan menjadi dua yaitu: Jenggala dan Panjalu. Tujuan dari pembagian itu agar tidak terjadi pertikaian perebutan tahta. Hal ini dikarenakan Sanggramawijaya Tunggadewi putri mahkota Raja Airlangga menolak untuk menjadi penerus tahta kerajaan. "Terbanglah Mpu Bharada diatas langit dengan membawa air dalam kendi. Mpu Bharada lantas membelah Kahuripan menjadi Jenggala dan Panjalu dengan mengucurkan air dari kendi. Bekas kucuran air yang keluar dari kendi Mpu Bharada berubah menjadi Sungai Brantas."

Atas nasehat Dewi Kilisuci demi mengakhiri pertikaian dan peperangan antar saudara yaitu: Jenggala dan Panjalu, Panji Asmorobangun (putra dari Jenggala) harus dijodohkan dengan Sekartaji (putri dari Panjalu).

Dewi Kilisuci adalah putri mahkota Raja Airlangga dari Kerajaan Kahuripan. Nama asli Dewi Kilisuci adalah Sanggramawijaya Tunggadewi. Pertapa menjadi pilihan dan tujuan hidup dari sang putri mahkota daripada mewarisi tahta kerajaan. Gelar Dewi Kilisuci dipakai setelah Sanggramawijaya Tunggadewi memutuskan menjadi seorang resi.

Gua selomangleng adalah tempat pertapaan Dewi Kilisuci. Gua selomangleng adalah Widya Mandala yang berarti tempat menuntut ilmu pengetahuan.

383247_2648072115343_253139216_n.jpg 

 391918_2641238504507_1180603008_n.jpg

 

Budaya Panji adalah perwujudan dari sistem kebudayaan: religius, pengetahuan, peralatan dan perlengkapan hidup, mata pencaharian hidup dan ekonomi, organisasi dan kemasyarakatan, bahasa dan kesenian. Budaya Panji bukan hanya tentang nilai-nilai yang dimunculkan lewat foklor (cerita rakyat) dan bentuk kesenian.

Goa Selomangleng, Kediri adalah Widya Mandala yang berarti tempat menuntut ilmu pengetahuan. Makna dari susunan (struktur) situs Dewi Kilisuci sama dengan Candi Borobudur. Perbedaan kedua situs ini hanya terletak pada arsitektur.

382653_2641322906617_1043571428_n.jpg 

 402323_2641232224350_1125979611_n.jpg

Adanya pembagian tiga struktur di situs Dewi Kilisuci yaitu: gua Selomangleng, gua Selobale dan gua Padedean menunjukkan makna yang sama dengan susunan Candi Borobudur yaitu: kamadhatu, rupadhatu dan arupadhatu.

Gua Selomagleng adalah kamadhatu (relief Garudeya memegang ular. Dibalik kisah pertarungan antara ular/naga dengan Garuda merupakan simbol keabadian pertarungan antara nilai kebaikan dan kebatilan).

Gua Selobale adalah rupadhatu (relief Arjuna Wiwaha menggambarkan proses perjalanan manusia dalam mencapai pencerahan spiritual namun masih terikat bentuk dan rupa).

Gua Padedean adalah arupadhatu (tidak ditemukan ornamen atau relief). Arupadhatu adalah tingkatan paling atas. Arupadatu berarti tidak berupa atau tidak berwujud.

Arca & relief yang berada di Gua Selomangleng (Kediri) adalah
a. Arca dengan sikap tangan buddha yaitu: dharma cakra-mudra yang melambangkan gerak memutar dharma.

b. Arca dwarapala: Di arca dwarapala terdapat lambang candrakapala yaitu ornamen tengkorak bertaring diatas bulan sabit. Lambang candrakapala merupakan simbol dari shiwa bhairawa.

c. Relief garudeya memegang ular: (simbol dewa wishnu)

d. Relief maha kala

e. Relief Naga (ular)

f. Relief Panji

g. Relief kehidupan manusia, serta alam.

 

Adanya simbol Wisnu dan Siwa di situs menandakan adanya sinkretisme antara Hindu-Buddha. Situs Dewi Kilisuci menempatkan kedudukan Siwa dan Wishnu sama mulianya. Pluralisme dan toleransi beragama berarti sudah berlangsung di masa Dewi Kilisuci. Dewi Kilisuci bukan hanya seorang pertapa yang hanya menjauhkan dari duniawi, beliau adalah dewi ilmu pengetahuan layaknya dewi Saraswati istri dewa brahma.

Kosmologi spiritual situs dewi kilisuci: Dalam mitologi Hindu-Buddha gunung diyakini sebagai tempat bersemayamnya para dewa sehingga gunung dianggap suci. Situs Dewi Kilisuci dibangun dilereng gunung Klotok dan menghadap (berkiblat) ke arah gunung Kelud. Peninggalan candi dan tempat-tempat suci yang dibangun semasa kerajaan di jawa selalu menghadap ke arah gunung, konsep ini dinamakan mandala.

 IMG_0664.jpg

 

IMG_0743.jpg 

Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos