Mengejar Matahari di Puncak Lawang

Angelica Chantika Herlambang
Artikel oleh : Angelica Chantika Herlambang
Foto oleh : Angelica Chantika Herlambang
Pin It

 

“Di sini ada satu kisah, cerita tentang anak manusia. Menanting hidup bersama, mencoba menggali makna cinta. Tetes air mata mengalir di sela derai tawa. Selamanya kita tak akan berhenti mengejar matahari. Tajamnya pisau takkan sanggup goyahkan cinta antara kita. Menembus ruang dan waktu. Menyatu di dalam jiwaku.”

Di atas adalah kutipan lagu ciptaan Ari Lasso yang dirilis pada tahun 2005 yang berjudul “Mengejar Matahari” adalah lagu yang terngiang di benak saya saat saya dan teman-teman dari kelas program studi Periklanan, jurusan Komunikasi, Universitas Indonesia mengunjungi Puncak Lawang. Pada saat itu kami sedang melakukan studi lapangan selama 4 hari ke kota Padang, Sumatera Barat untuk salah satu mata kuliah kami yang berhubungan dengan fotografi.

Pagi itu diawali dengan teriakan salah satu teman yang membangunkan saya dan teman sekamar saya jam 5 pagi. Seharusnya kami semua berangkat pada waktu tersebut, tetapi karena kelelahan akibat aktivitas hari sebelumnya jadi kami bangun agak terlambat.

Tujuan kami dengan bangun pada saat subuh adalah untuk mengejar matahari terbit atau Sunrise sebagai objek foto untuk salah satu tugas mata kuliah. Kami kemudian berangkat menuju Puncak Lawang dengan melewati jalan yang berliku-liku tajam. Jalanan yang berliku tersebut dikenal sebagai Kelok 44. Kelok 44 tersebut selain memiliki bentuk jalanan yang sangat tajam dan mengerikan, pagi itu ditambah dengan kabut-kabut tipis yang menambah kesulitan untuk melewati jalan tersebut.  

Puncak Lawang ini berlokasi di Bukittinggi tepatnya di Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Dari sini dapat melihat birunya salah satu danau terluas di Indonesia yaitu Danau Maninjau. Puncak ini merupakan salah satu lokasi terbaik di Asia Tenggara untuk dilaksanakannya kejuaraan paralayang kelas internasional.

Dari Puncak Lawang ini, kami semua menikmati keindahan saat matahari terbit di ufuk timur dan kemudian menyimpan memori akan keeksotisan tersebut lewat lensa kamera yang kami pegang masing-masing. 

DSC_7748.JPG 

Karena kami sedikit terlambat sampai ke sana, kami benar-benar berlari menaiki jalanan besar yang ada disana, melewati tulisan besar yang menandakan bahwa kami ada di Puncak Lawang, dan kemudian berhenti diujung jalan dibalik pepohonan tinggi dimana kami mengintip warna jingga yang sedikit demi sedikit muncul di balik awan. Pada saat kami berlari itulah, lagu Ari Lasso yang saya paparkan diatas terngiang di benak saya dan saya pun sedikit bernyanyi dalam hati.

DSC_7662.JPG 

Ditemani dengan udara yang dingin namun sejuk, kami menikmati dan melihat warna langit yang tadinya kelam kemudian berubah menjadi jingga. Warna jingga yang perlahan-lahan muncul, membuat awan disekitarnya menjadi berwarna merah muda keunguan yang sangat cantik. Kemudian saat matahari yang tadinya hanya mengintip mulai muncul secara utuh, warna langit berubah menjadi kuning keemasan yang sangat elok.

DSC_7704.JPG DSC_7722.JPG

Saya sudah berkali-kali melihat matahari terbenam di beberapa pantai yang pernah saya kunjungi. Tetapi ini adalah pengalaman pertama saya menyaksikan matahari terbit dan melihat sendiri warna-warna indah yang muncul dari segala yang ada disekitarnya. Itu adalah pertama kalinya saya bersyukur karena saya bangun jam 5 pagi dan saya boleh melihat satu hal yang saya tidak pernah saksikan sebelumnya.

Selain ditemani oleh keindahalan alam yang ada di sekitar saya, saya juga ditemani oleh teman-teman seperjuangan yang telah saling menemani selama satu setengah tahun di kelas periklanan yang tidak terasa sebentar lagi kami akan berpisah dan pergi ke negeri seberang untuk melanjutkan studi kami. Walaupun kami harus bangun pagi dan pergi ke Puncak Lawang tanpa mandi, canda dan tawa serta semangat tetap menghiasi kami untuk mengambil foto dan melihat keindahan alam yang ada di depan kami saat itu. Momen itu sangat tak ternilai harganya.

WILL0407.JPG  Foto saya dan dua teman saya diatas diambil oleh dosen saya, Willy Yohanes. 

DSC_7765.JPG 

 DSC_7787.JPG

Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos