PASOLA: Melempar Lembing dengan Tepat dan Memacu Kuda dengan Cepat

Angelica Chantika Herlambang
Artikel oleh : Angelica Chantika Herlambang
Foto oleh : http://kebudayaan.kemdikbud.go.id
Pin It

Nusa Tenggara Timur sangat terkenal akan kekayaan budaya alamnya. Akan tetapi, terdapat beberapa tradisi kebudayaan lainnya yang sangat menarik, seperti salah satunya adalah tradisi Pasola. Pasola merupakan olahraga yang menggabungkan ketangkasan dalam melempar lembing kayu sembari berada di punggung kuda yang dipacu kencang, dimana terdapat 2 kubu yang berbeda dalam permainan ini. Pasola sendiri merupakan gabungan antara sejenis lembing kayu yang dilemparkan dan permainan.

Pasola berasal dari kabupaten Sumba Barat. Kegiatan tradisional ini seingkali diadakan di empat lokasi yang berbeda yaitu kampung Kodi, Lamboya, Wonokaka, dan Gaura di waktu yang berbeda. Pasola diadakan sekali dalam setahun yaitu bulan Februari di Kodi dan Lamboya atau jika diadakan dibulan Maret maka akan diselenggarakan di Wonokaka.

Peserta dari permainan tradisional tersebut terdiri dari 100 pemuda yang memang sudah memiliki keahlian dalam permainan tersebut. Mereka merupakan pria-pria pilihan dari warga Kabisu dan Paraingu dimana keahlian yang harus mereka kuasai adalah dapat melempar lembing dengan tepat dan memacu kuda dengan cepat.

Asal muasal dari permainan Pasola tersebut adalah dari cerita rakyat. Cerita tersebut berpusat pada sepasang suami istri dimana pada saat itu suaminya meminta izin untuk pergi melaut bersama dua orang lainnya. Tetapi ditengah perjalanan, si suami dan dua orang lainnya berubah pikiran untuk akhirnya tidak jadi melaut dan pergi bercocok tanam. Ketiga orang tersebut pergi dalam kurun waktu yang cukup lama dan tidak kunjung pulang sehingga para warga dan sang istri berasumsi bahwa mereka telah meninggal di laut.

Setelah sekian lama menjanda, sang istri akhirnya jatuh cinta kepada lelaki lain dan akan segere menikah dengan lelaki tersebut. Tetapi, mereka tidak mendapat restu untuk menikah dari keluarga masing-masing dan akhirnya mereka memutuskan untuk kawin lari. Selang berapa lama, sang suami yang dikira telah hilang di laut ternyata kembali lagi yang mengejutkan para warga dan sang istri. Sang suami pun juga terkejut karena sang istri sudah menikah dengan lelaki lain. Akhirnya untuk memuluskan pernikahan mereka, si lelaki baru mengganti kepada sang suami sejumlah mahar berupa kerbau, sapi, kuda dan barang berharga lainnya. Pada akhirnya sang suami meminta warganya untuk mengadakan pesta penangkapan cacing laut dan tradisi pasola untuk menghilangkan kesedihannya yang telah kehilangan istri yang dicintainya.

Tradisi Pasola dilaksanakan dalam rangka merayakan masa panen. Selain itu, tradisi ini menjadi bentuk pengabdian dan ketaatan pada leluhur mereka. Tradisi ini selalu diawali dengan upacara penangkapan cacing laut yang dipercaya apabila cacing laut banyak ditemukan maka itu merupakan pertanda baik untuk masyarakat penduduk asli disana. Setelah cacing laut yang ditangkap dirasa cukup banyak, maka upacara Pasola pun akhirnya dilaksanakan.  

Kegiatan tradisional ini dilaksanakan seperti memang terjadi perang sungguhan. Walaupun tombak yang digunakan memiliki ujung yang tumpul, tapi tidak jarang permainan ini memakan korban jiwa. Dalam kepercayaan masyarakat setempat, orang yang menjadi korban merupakan orang yang mendapatkan hukuman dari para Dewa atas dosa yang dilakukannya. Kemudian, tumpahan darah dari korban diharapkan dapat membawa kesuburan tanah dan tanaman pada musim panen mendatang.

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, kegiatan tradisional tersebut merupakan salah satu dari beberapa kebudayaan dan tradisi unik yang terdapat di Nusa Tenggara Timur. Jika Anda penasaran dengan keseniaan dan tradisi lain dari provinsi tersebut tetapi tidak dapat mengunjungi lokasinya secara langsung, kunjungilah anjungan Nusa Tenggara Timur di Taman Mini Indonesia Indah atau TMII dimana Anda dapat menyaksikan beberapa upacara adat dan tradisi adat yang seringkali dilaksanakan pada hari Minggu atau hari libur nasional. Anda juga dapat melihat rumah adat yang merupakan tiruan dari tempat tinggal asli masyarakat setempat dan juga mempelajari hasil karya, pakaian, senjata tradisional dan barang-barang lain yang berkorelasi dengan kebudayaan masyarakat Nusa Tenggara Timur. 

Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos