Film Indonesia “AMBISI” (1973) embrio trend video clip music sebelum lahirnya channel telvisi musik “MTV”

Mohamad Axel Putra Hadiningrat
Artikel oleh : Mohamad Axel Putra Hadiningrat
Foto oleh : screenshot
Pin It

MTV menjadi channel TV barometer pemutar video musik sejak awal berdirinya hingga sekarang di seluruh dunia, dimana MTV menyuguhkan audio serta visualisasi dari music yang ditayangkan. MTV menyerukan eksistensi mereka bahwa video clip akan menjadi sebuah trend baru di industri music melalui debut mereka yang menayangkan video clip dari band The Buggles yang berjudul “Video Killed The radio Star”. Sebuah pesan yang sangat merepresentasikan semangat lahirnya MTV pada saat itu. Namun terlepas dari semua itu, apakah kalian tahu bahwa Indonesia telah lebih dulu memiliki ide tentang video clip dan film musik? Itu bisa jadi benar jika kita menonton film karya Nya Abbas Akup “AMBISI” tahun 1973. Sejarah memang membuktikan bahwa film ini menjadi salah satu pionir film music dan video klip dunia, seperti contohnya film music fenomenal karya Alan Parker yang berjudul “Pink Floyd The Wall” yang juga memberi inspirasi lahirnya MTV nyatanya film itu baru diproduksi tahun 1982 terpaut 9 tahun dari munculnya film Ambisi, atau mungkin film konser music rock pertama dari band Led Zeppelin “The Song Remain The Same” yang dibalut dengan sentuhan sinematogrfi dan kerap kali disandangkan sebagai film music internasional dengan kualitas audio luar biasa pada zamannya setelah film musical “the sound of music” (1965) tetap saja tidak bisa disebut sebagai pioneer film music karena kehadirannya masih terpaut 5 tahun lebih muda (1978) dari film AMBISI yang diproduksi tahun 1973. Namun sayangnya film ini kurang pamor didunia internasional karena memang hanya diproduksi di Indonesia dan hanya untuk ditayangkan di film bioskop Indonesia.

 

Film yang dibintangi dua orang comedian serba bisa Bing Slamet dan Benyamin S. ini bertujuan menaikkan pamor music Indonesia pada saat itu. Sesuai dengan judulnya film ini ber”Ambisi” untuk mengangkat nama music Indonesia walaupun sebenarnya premis film ini sederhana yaitu mengangkat cerita pekerjaan Bing Slamet sebagai penyiar radio kenamaan yang terkenal mengorbitkan penyanyi-penyanyi baru Indonesia. Dibalik kekonyolan, canda tawa dan menariknya cerita film Ambisi, film ini dibalut oleh kritik yang tajam terhadap kondisi industri music pada saat itu dimana industri music Indonesia tahun 70’an sangat erat sekali relasinya dengan uang, skandal, dan koneksi. Hal lain yang menjadi ikonik dan menarik dari film ini adalah film ini turut melibatkan band-band terkenal pada saat itu seperti Koes Plus, Trio Bimbo, dan God bless yang pada saat itu sedang digandrungi anak-anak muda. Film ini sesekali menampilkan scene yang digarap ala video clip music modern saat ini, seperti contohnya scene Koes Plus yang menampilkan mereka sedang dikurung dalam penjara sambil diiringi lagu mereka sendiri “Hidup Di Bui”. ada juga scene band God Bless yang membawakan lagu “Free Ride”. Sinematografi yang Nya’ Abbas Akkup sajikan memang persis layaknya video clip modern saat ini.  Maka dari itu mengapa saya berani mengataka bahwa film ini adalah embrio dari trend video clip music sebelum lahirnya MTV.

 

Film ini menurut saya adalah Film yang sepatutnya masyarakat Indonesia rindukan, mungkin kita pernah mendengar film music serupa seperti film “Garasi” tahun 2006 yang diproduseri oleh Mira Lesmana dimana film itu melibatkan beberapa tokoh musik seperti Denny Sakrie, Keenan Nasution, band Guruh Gipsy dan lainnya. Indonesia sudah kehilangan film berkualitas yang mengangkat tema musik. Mungkin menurut saya film yang mengangkat tema music  yang terakhir saya dengar adalah film “Kantata Takwa” tahun 2008 karya Eros Djarot, film documenter tentang band Kantata Takwa yang pada saat itu digawangi oleh punggawa-punggawa musik Indonesia yaitu Iwan Fals, Setiawan Jody, Jockie Suryoprayogo dan juga penyair terkenal Indonesia WS Rendra. Saya masih bertanya-tanya mengapa film dengan tema musik seperti ini sudah jarang kita temui di bioskop, Padahal menurut saya antusias masyarakat Indonesia terhadap film bertema music sangat tinggi. Namun memang sayangnya itu hanyalah sebuah asumsi saya saja, faktanya memang mebuktikan bahwa film-film ini tidak laku dipasaran. Hal tersebut bisa jadi membuat para produser film Indonesia takut untuk memproduksi film-film sejenis bagaikan suatu momok mengerikan, sehingga orientasi Film Indonesia saat ini lebih mengedepankan orientasi profit dibandingkan kualitas.

Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos