Misteri Sebungkus Nasi Padang

Muhammad Zainal Abidin
Artikel oleh : Muhammad Zainal Abidin
Foto oleh : allaboutminangkabau.com
Pin It

Mungkin anda pernah bertanya-tanya, ketika anda memesan makanan di rumah makan Padang, mengapa porsi makan di tempat berbeda dengan yang dibungkus? Dengan nominal harga yang sama, namun seporsi nasi Padang yang dibawa pulang selalu lebih banyak dari pada yang makan di tempat. Hampir semua rumah makan Padang menerapkan pola ini. Namun siapa sangka kebiasaan ini memiliki nilai sejarah yang cukup kuat.

Pada masa penjajahan Belanda, daging dan beras termasuk barang mahal yang tidak dapat dibeli oleh rakyat jelata. Sehingga di Sumatera Barat, rumah makan Padang termasuk tempat yang ekslusif. Hanya kaum penjajah dan para saudagar kaya saja yang dapat menyantap lezatnya rendang, dendeng, balado dan masakan khas Padang lainnya.

Para pengusaha rumah makan Padang yang seluruhnya adalah suku Minang asli menyadari bahwa saudara-saudara pribumi berhak juga untuk menikmati makanan enak. Lebih jauh lagi, para pengusaha rumah makan Padang ini menyadari bahwa masyarakat biasa yang kesehariannya bekerja sebagai buruh kasar bagi golongan borjuis, justru membutuhkan lebih banyak tenaga dan cakupan gizi yang cukup agar selalu tetap sehat dalam bekerja untuk menafkahi keluarga.

Akhirnya tercetus sebuah gagasan di kalangan pengusaha rumah makan Padang untuk menerapkan sebuah prosedur baru. Porsi makanan yang dibungkus dan dibawa pulang jauh lebih banyak dari pada makan ditempat dan ini dikhususkan untuk pembeli dari rakyat jelata. Meskipun peraturan ini sifatnya tidak mengikat, namun seluruh pengusaha rumah makan Padang di Sumatera Barat menjalankannya dengan konsisten selama bertahun-tahun.     

Hal ini pun yang mendasari rumah makan di Sumatera Barat tidak disebut rumah makan Padang, melainkan rumah makan Ampera. Konon, Ampera merupakan singkatan dari Amanat Penderitaan Rakyat. Tak jarang, saat ini, jika berkunjung ke Padang, banyak dijumpai rumah makan yang namanya diawali oleh kata ‘Ampera’, seperti RM Ampera Beringin, RM Ampera Siti Nurbaya, RM Ampera Masakan Bundo, dan lain-lain.

Meskipun masa penjajahan telah usai, semangat Ampera ini masih terus dijalankan secara turun temurun oleh para pengusaha rumah makan Padang hingga zaman sekarang, di mana rumah makan Padang sudah tersebar hampir di seluruh pelosok Indonesia. Yang terpenting adalah spirit Ampera ini akan tetap selalu ada selama rumah makan Padang masih berdiri.

 

Sumber:

  • allaboutminang.com
  • merdeka.com
  • kompasiana.com 

Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos