Dunia Kecil Di Kampung Turis

Foto oleh : Aan Prihandaya
Pin It

01.jpg

Jogja memiliki beragam tempat wisata menarik, baik wisata budaya, wisata religi hingga wisata alam. Hal itu menjadi magnet bagi wisatawan nusantara maupun manca  untuk datang mengunjungi kota budaya ini. Kehadiran wisatawan lokal terlihat jelas di saat musim liburan. Mereka datang dari berbagai kota, secara berombongan maupun dalam kelompok kecil. Begitu pula wisatawan dari luar negeri. Kunjungan mereka disesuaikan dengan musim liburan di negara masing-masing. Kehadiran mereka yang lebih dari satu malam membutuhkan tempat untuk menginap. Jogja sebagai kota wisata tentu saja menyediakan berbagai penginapan dari kelas melati hingga hotel berbintang lima. Bahkan, ada kawasan yang dipenuhi dengan penginapan yang menampung wisatawan, hingga disebut sebagai kampung turis.

Di Jogja selatan, sekitar lima kilometer dari pusat kota, tepatnya di selatan Pojok Beteng Wetan bersisihan dengan  jalan Parangtritis, terdapat kampung yang bernama Prawirotaman. Kampung ini dibagi menjadi tiga bagian yang dibatasi oleh jalan kampung yang tidak begitu lebar. Di ketiga bagian kampung ini ditemui berbagai hotel kelas medium hingga penginapan murah untuk kaum backpacker, dari yang kisaran harga Rp 100.000-an hingga harga Rp 500.000 per malamnya.

02.jpg

Papan penunjuk yang membantu wisatawan di Prawirotaman.

Kawasan ini tidak hanya menyediakan penginapan yang terjangkau saja, namun juga sederet galeri seni yang menjual berbagai barang antik, berbagai tempat makan yang menyediakan makanan lokal maupun barat. Tempat nongkrong ataupun cafe bertebaran di kawasan ini, rata-rata pengunjungnya adalah para wisatawan asing. Penginapan, cafe maupun galeri dibangun dengan aneka ragam rancangan, saling bersaing dalam keunikannya masing-masing.

Konon, kampung Prawirotaman bermula pada abad ke-19 ketika kraton Yogyakarta menghadiahkan sepetak tanah kepada seorang abdi dalem bernama Prawirotomo, yang diberi amanah untuk mengembangkan usaha batik. Pada tahun 1960-an, kampung Prawirotaman menjadi pusat industri batik cap yang dikelola keturunan Prawirotomo. Seiring perkembangan zaman, usaha batik mulai meredup dan banyak rumah batik yang tutup atau dijual. Sebagai gantinya, rumah-rumah batik tersebut berubah menjadi penginapan dan semakin berkembang dengan munculnya pemain baru hingga marak seperti yang ditemui sekarang.

Di beberapa hotel juga dilengkapi suguhan hiburan pertunjukan tari atau gamelan. Ada juga satu atau dua penginapan yang masih menyimpan peralatan untuk membatik yang menjadi daya tarik bagi turis yang ingin melihat sisa-sisa kejayaan industri batik di masa lalu. Jangan kaget juga bila di sini banyak ditemui tukang becak yang mampu berbahasa Inggris, meski ala kadarnya. Mereka memang sengaja belajar atau setidaknya terbiasa menggunakan bahasa Inggris karena "konsumen" mereka rata-rata orang asing.

Bergeser ke utara, tepatnya di sebelah barat jalan Malioboro terdapat kampung Sosrowijayan. Kampung ini sangat strategis, lokasinya berjarak tidak sampai satu kilometer dari Stasiun Tugu. Turun dari kereta api, berjalan tidak terlalu jauh ke arah selatan akan ditemui berbagai hotel dan penginapan sesuai pilihan. Tarif kamar di kampung yang terletak di sebelah selatan kawasan Pasar Kembang ini tidak jauh berbeda dengan di Prawirotaman.

a.jpg

Gapura di gang kecil kampung Sosrowijayan.

Sosrowijayan betul-betul disebut kawasan kampung turis, bahkan kadang disebut sebagai kampung internasional karena di sana ditemui turis-turis asing dari berbagai negara yang tersebar hingga masuk di pelosok kampung melalui gang yang tidak bisa dilalui kendaraan roda empat. Sebagai kampung turis, fasilitas yang ada di sana termasuk lengkap. Penginapan, rental motor, money changer, kafe-kafe murah yang menyediakan sandwich sekedar untuk sarapan, warnet hingga agen biro perjalanan wisata. Di malam hari kampung ini justru semakin hidup. Banyak cafe yang menawarkan live music, menghibur tamu yang mayoritas adalah para backpacker. Mereka berkumpul dan berinteraksi meskipun mereka datang dari berbagai bangsa dan tidak saling mengenal. Betul-betul rumah bagi kaum backpacker.

Sebagai kawasan yang tiap hari didatangi turis asing, kampung ini lambat laun menjadi kawasan yang unik dengan perbaduan kultur antara Indonesia dengan kultur negara barat. Hal ini terjadi karena hampir sebagian besar penduduk di Kampung Sosrowijayan bekerja di sektor pariwisata yang melayani kebutuhan turis-turis asing tersebut.

Kampung turis Prawirotaman maupun Sosrowijayan adalah alternatif tempat menginap yang murah dan nyaman di kota Jogja. Murah tidak selamanya identik dengan jelek atau tidak menyenangkan, karena di kampung turis tersebut justru akan lebih mudah menemukan keramahan masyarakat Jogja yang sebenarnya dalam kebersamaan dan keunikannya yang tidak akan ditemukan di hotel-hotel berbintang lima nan mewah. Salam Kratonpedia.

03.jpg

Becak menunggu tamu yang ingin diantar berkeliling Jogja.

03a.jpg

Mural di ujung jalan Prawirotaman, menunjukkan sebagai kampung seni.

05.jpg

Disain bangunan saling bersaing dalam keunikannya masing-masing.

06.jpg

Di Sosrowijayan, turis asing mudah ditemui hingga masuk pelosok kampung.

07.jpg

Bahkan rambu peringatan pun menggunakan dua bahasa.

08.jpg

Beragam fasilitas dan layanan jasa di sepanjang gang kecil.

09.jpg

Komunikasi dwi bangsa yang kadang lucu bila didengarkan.

10.jpg

Suasana menjadi lebih marak di waktu malam.

(Teks & Foto: Aan Prihandaya/Kratonpedia)

 

Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos