Sekaten adalah upacara yang diselenggarakan untuk memperingati Maulud Nabi Muhammad SAW. Sekaten berasal dari kata Syahadatain atau dua kalimat syahadat, diadakan pada tiap tanggal 5 bulan Jawa Mulud (Rabiul awal tahun Hijrah) di alun-alun utara Surakarta dan Yogyakarta. Di Kraton Kasunanan Surakarta, tradisi membunyikan dua perangkat gamelan sebagai tanda dimulainya upacara tersebut masih dilakukan di bangsal Pagongan yang terletak di Masjid Agung Surakarta. Dua gamelan ini dinamai Gamelan Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari. Ada dua dimensi dalam penyelenggaraan upacara Sekaten, yaitu sisi "tuntunan" yang berarti nasehat yaitu dengan menjadikan upacara tersebut sebagai sarana syiar agama Islam kepada masyarakat di sekitarnya. Sisi yang lain adalah sebagai "tontonan" atau hiburan dimana Sekaten mempunyai peran untuk memberikan hiburan kepada masyarakat dan sebagai sarana penarik agar masyarakat mau berkumpul dengan senang hati disitu, sehingga tujuan pertama untuk melakukan syiar agama bisa tercapai.
Selain sebagai upacara adat yang kental dengan nuansa religi, Sekaten juga identik dengan pesta rakyat. Kemeriahan aneka hiburan rakyat, wahana permainan, kuliner, wisata belanja, berkumpul menjadi satu di area alun-alun utara. Dari tahun ke tahun, Sekaten selalu menyajikan hiburan yang sudah menjadi ciri khasnya. Wahana permainan seperti komedi putar, kereta kelinci, bianglala, permainan ketangkasan Tong Setan dan rumah hantu akan selalu hadir di setiap pergelaran Sekaten. Mainan tradisonal anak-anak seperti gasing, kodok-kodokan dari tanah liat, perabotan rumah dari gerabah, celengan dan perahu kaleng, juga menjadi bagian yang tak terpisahkan dari upacara Sekaten.
Kemeriahan Sekaten di kota Solo akan langsung terasa oleh pengunjung ketika mulai memasuki area Gladag, yang merupakan pintu gerbang menuju alun-alun utara. Gladag terletak di pusat kota, bersebelahan dengan jalan utama yaitu Jalan Slamet Riyadi dan hanya berjarak sekitar 200m dari Balikota Surakarta. Kemeriahan suasana pesta rakyat itu dihasilkan dari aneka suara yang berasal dari wahana-wahana permainan, baik musik, sirene, atau para announcer yang mempromosikan wahananya masing-masing. Kemeriahan itu juga didukung dengan warna aneka barang yang diperdagangkan dan dari warna wahana permainan yang dihias dengan sapuan cat mencolok serta mural-mural nan unik. Mural yang menghiasi wahana permainan tersebut dilukis dengan sederhana, menyajikan gambar-gambar yang apa adanya yang akan dengan mudah secara langsung menggiring benak orang-orang yang melihatnya akan serunya pengalaman di dalam wahana permainan tersebut. Sapuan cat tembok dengan warna yang lugas adalah menjadi ciri khasnya. Gambar super hero, tokoh kartun atau gambar-gambar hantu merupakan image yang akan banyak ditemukan disana. Dipadukan dengan berbagai macam hiasan dan pernak-pernik permainan yang kebanyakan sudah berusia tua, membangkitkan sebuah suasana pesta rakyat yang sarat dengan nuansa vintage.
Sebuah kemeriahan nan sederhana, disajikan lugas untuk memberikan kesenangan kepada siapa saja yang mengunjunginya. Kemeriahan yang terbentuk dari aneka warna, bunyi, aroma yang semuanya mempunyai kekhasannya masing-masing, menciptakan Sekaten sebagai sebuah tradisi atau upacara yang sekaligus menjadi sebuah pesta rakyat yang unik, dan bisa memberikan berbagai kesenangan dalam kesederhanaannya.
Brondong - Salah satu cemilan Khas Sekaten
Hewan laut ini disebut Pong-pongan, dijual dengan dicat warna-warni pada cangkangnya
Perahu Kaleng berbahan bakar Minyak Goreng
Mainan Gerabah biasa dipakai untuk bermain Pasaran atau role-play
Mural di Wahana Rumah Hantu
Loket yang Menyeramkan
Kereta Mini bergaya Futuristic ala pasar malam Sekaten
Permainan Ombak Banyu selalu menjadi primadona untuk merasakan kegembiraan
(teks dan foto : Stefanus Ajie)