Bersih Desa di Kaki Gunung Nglanggeran

Foto oleh : Stefanus Ajie
Pin It

2._Penonton_setia__kirab_Gunungan.jpg 

Puluhan orang memenuhi jalanan kecil di Desa Nglanggeran, sebuah desa kecil yang terletak di perbukitan Pathuk, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. Pagi sudah beranjak menuju siang ketika iringan-iringan kirab membelah jalanan Desa Nglanggeran menuju ke Pendapa Kalisong yang berada di kaki Gunung Nglanggeran. Rombongan tetap bersemangat menyusuri jalan desa yang sedikit tersejukkan oleh keasrian pepohonan di kanan-kirinya. Rombongan kirab tersebut terdiri dari pembawa gunungan yang terbuat dari buah dan sayur hasil tanaman warga, kelompok-kelompok kesenian tradisional dan warga desa setempat dengan aneka kostum yang menggambarkan kehidupan sehari-hari di dearah tersebut. Kirab tersebut ada rangkaian awal dari perayaan upacara bersih desa yang rutin diselenggarakan oleh masyarakat di sekitar Gunung Nglanggeran.

12._Menuju_ke_tempat_upacara.jpg 

 Upacara Bersih Desa sering disebut juga rasulan, dari kata rasul yang diartikan bersih. Bersih desa tak sekedar membersihkan desa dalam artian fisik, tapi lebih pada bersih dalam artian metafisis. Upacara ini merupakan sebuah ungkapan permohonan kepada Tuhan supaya desa dengan seluruh isinya selalu dalam keadaan bersih, bersih dari bencana alam, wabah penyakit, kekeringan, gagal panen dan hal-hal buruk lainnya. Seperti halnya yang diselenggarakan oleh warga sekitar Gunung Nglanggeran pagi itu, Upacara Bersih Desa di Nglanggeran ini disimbolkan dengan membersihkan sumber air Sendang Kalisong yang terletak di dekat sebuah pohon besar yang tumbuh di pangkal gunung Nglanggeran. Setelah itu diadakan kirab gunungan yang terbuat dari hasil bumi petani sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah. Doa-doa dihaturkan atas berkat dari bumi Nglanggeran, lalu gunungan tersebut dipersembahkan kepada warga untuk diperebutkan isinya. Ungkapan rasa syukur dan bahagia dari warga desa juga terlukis melalui kemeriahan pesta rakyat yang digelar setelahnya. Pesta rakyat tersebut menampilkan berbagai kesenian tradisonal seperti, Jathilan, Reog dan Karawitan.

1._Kirab_Gunungan_menuju_ke_tampat_upacara.jpg Kirab gunungan menuju ke tampat upacara 

 ****

Keesokan Harinya..

Ritual bersih desa masih berlanjut dihari berikutnya. Prosesi hari itu diawali dari rumah sesepuh desa, Mbah Budi Utomo yang dipercaya sebagai juru kunci sumber mata air Kalisong di Gunung Ngalnggeran. Sejak pagi, sudah ada keramaian di rumah Mbah Budi yang tak jauh dari pendapa Kalisong. Makanan dan aneka jajan pasar sudah tersaji lengkap bagi tamu-tamu yang datang di pagi itu. Satu rombongan kesenian Tayub yang terdiri sinden, penabuh gamelan dan para ledhek-nya juga mempersiapkan diri berdandan di rumah tersebut. Sementara itu, di teras rumah tampak Mbah Budi sedang menerima banyak tamu. Mereka adalah warga disekitar Gunung Nglanggeran yang hendak berkonsultasi dan minta doa untuk aneka permasalahan yang sedang mereka hadapi. Ada yang minta doa untuk cucunya yang sakit-sakitan, ada yang minta doa untuk ternaknya yang terkena wabah atau doa agar panennya bisa lebih baik dari tahun kemarin.

9._Juru_kunci_Mbah_Budi_Utomo__sang_pemimpin_jalannya_upacara.jpg   Juru kunci Mbah Budi Utomo, pemimpin jalannya upacara 

 Menjelang siang, Mbah Budi dan Rombongan Tayub menuju ke pendapa Kalisong. Sebelum acara Tayub dimulai, Mbah Budi memanjatkan doa di dekat sebuah pohon besar yang tumbuh di pinggir sendang. Setelah doa selesai dipanjatkan, gamelan mulai ditabuh dan para ledhek tayub-pun mulai beraksi. Lenggok indah gemulai gerak para penari berpadu dengan nada-nada gamelan mulai menghidupkan kemeriahan suasana. Warga desa berdatangan memadati pendapa untuk sekedar menyaksikan Tayub atau berniat ikut menari dengan para ledhek-ledhek cantik di atas panggung. Menari dengan para ledhek bukan sekedar hiburan. Tayub dipercaya menjadi tolak bala, mempunyai peran sebagai pelengkap doa, dengan ritual ikut menari bersama ledhek. Ada istilah "ngibingke" yaitu mempersembahkan tarian agar lebih terkabul doanya. Penduduk secara bergiliran ngibingke anak, cucu, sawahdan ternaknya agar dijauhkan dari bencana, penyakit serta mara bahaya.

4._Reog_ala_Gunung_Kidul__berkisah_tentang_keprajuritan.jpg   Reog ala Gunung Kidul, berkisah tentang keprajuritan 

 Bersih Desa merupakan simbolisasi ungkapan syukur atas kekayaan alam dan harapan agar alam bisa hidup selaras dengan manusia. Dengan selalu menjaga punden desa, membersihkan sumber airnya, menjaga kelestarian lingkungan, maka diharapkan Tuhan melalui kekuatan alam pun akan menganugerahkan segala kebaikannya kepada manusia yang hidup di dalamnya. Upacara Bersih Desa tersebut juga membawa berkah secara langsung bagi kehidupan warga di sekitar Nglanggeran. Keunikan budaya dan pentas seni tradisinya telah mengundang banyak wisatawan untuk mengunjungi tempat tersebut. Selain bisa menikmati indahnya panorama dari monolith granit raksasa yang dikenal sebagai gunung purba Nglanggeran, wisatawan juga bisa menikmati aneka sajian seni budaya yang menjadi kekhasan daerah tersebut. Salam Kratonpedia.

3._Hiburan_seni_budaya_khas_Gunung_Kidul.jpg   Hiburan seni budaya khas Gunung Kidul 

5._Pementasan_Jathilan.jpg   Pementasan Jathilan 

7._Gunungan_diperebutkan_warga.jpg  Gunungan diperebutkan warga 

8._Memperebutkan_isi_Gunungan_yang_berupa_aneka_hasil_bumi.jpg  Memperebutkan isi Gunungan yang berupa aneka hasil bumi 

15._Dibalik_kecantikannya__mereka_dipercaya_bisa_memberikan_tolak_bala.jpg  Dibalik kecantikannya, konon penari atau Ledhek Tayub dipercaya bisa memberikan tolak bala 

13._Ledhek_Tayub_mulai_beraksi.jpg  Ledhek Tayub menjadi hiburan yang memeriahkan tradisi Rasulan

(teks dan foto: Stefanus Ajie/Kratonpedia)

Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos