Kepuasan Hati Sang Penari

Foto oleh : Aan Prihandaya
Pin It

12.jpg

Kawung (dok. istimewa)

Namanya Mila Rosinta Totoatmojo, S.Sn. Muda, cantik dan berprestasi. Anak sulung dari tiga bersaudara ini telah berhasil menciptakan puluhan komposisi tari tradisi maupun kontemporer. Berbagai penghargaan telah ia terima. Mila yang masih muda, telah membuktikan kepada khalayak bahwa karya seni bukanlah sekedar tontonan belaka, namun sarat oleh nilai-nilai positif tentang kehidupan yang bisa dibawa pulang oleh penikmatnya. Sore itu di Rumah Budaya Tembi, dalam keriuhan anak-anak belajar menari, Mila bercerita tentang kecintaannya pada dunia tari, juga impian dan harapannya. 

02.jpg 

Mila lahir di Jakarta pada 15 Mei 1989 dari pasangan Sudarwoto dan Endang Sukeksi. Darah seni mengalir kuat dari kedua orang tuanya yang bergerak dalam bidang videografi dan perfilman. Sejak kecil ia telah dikenalkan pada dunia seni dengan belajar melukis, musik dan menari, khususnya tari Bali dan balet. Namun seni tari menjadi sangat menonjol. Mila kecil, saat itu kelas dua Sekolah Dasar, pertama kali mengikuti lomba tari dan langsung meraih juara pertama se DKI. Hal itu berlanjut hingga tingkat nasional. Karena prestasinya, pada saat SMP ia ditunjuk menjadi ketua sanggar tari di sekolahnya. Dari sini ia mulai menciptakan sebuah komposisi tari yang kemudian dibawakan bersama teman-temannya. Sesuai dengan umurnya, saat itu ia menciptakan tari modern.

03.jpg

Kiprahnya di dunia seni tidak hanya pada tari. Talenta yang ia miliki membawanya ke dunia modelling, iklan dan bermain film layar lebar. Hal ini tak lepas dari dorongan sang ibu yang saat itu bekerja di bidang perfilman. Setelah lulus SMP, keluarga mereka pindah ke Jogja. Aktifitasnya dalam bidang seni tidak berhenti, justru semakin berkembang di kota budaya ini. Bahkan semasa SMA, Mila sempat membuat grup band cewek bersama teman-teman sekolahnya. Di grup band yang dinamai Lipsing ini Mila bermain sebagai penabuh drum, dan sering pentas dalam kegiatan sekolah maupun di luar sekolah. Setelah sebelumnya menguasai tari Bali, di masa SMA ini Mila mulai belajar tari Jawa sebagai syarat untuk mengikuti program pertukaran pelajar ke Jepang.

05.jpg

Selepas SMA, pilihan demi masa depan harus ia ambil. Belajar sinematografi mengikuti jejak ibunya, atau kuliah di fakultas ilmu sospol di UGM, atau memperdalam ilmu tari yang telah ia miliki. Akhirnya Mila memilih untuk melanjutkan belajar di Institut Seni Indonesia Yogyakarta jurusan Penciptaan Seni Tari. Meskipun pada awalnya ia sempat ragu dan minder melihat teman-temannya mayoritas adalah lulusan Sekolah Menengah Kejuruan Tari, sementara ia adalah lulusan SMA. Namun Mila mampu meyakinkan dirinya. "Meskipun aku lulusan SMA dan basic-ku adalah tari Bali, tapi aku yakin pasti bisa," kata Mila. Dan selanjutnya memang benar. Ia mampu menyerap semua ilmu dengan cepat, bahkan mampu berprestasi dan mendapatkan bea siswa. Kemampuannya semakin terbukti saat ia mampu mengalahkan pesaingnya dan lolos dalam audisi personil Tembi Dance Company.

06.jpg

Bergabung sebagai personil Tembi Dance Company menjadi keuntungan tersendiri bagi Mila. Di sini ia bisa belajar banyak hal tentang berkesenian yang tidak ia dapatkan di bangku kuliah. Di sini ia mampu belajar untuk berkomunikasi dan bekerja dengan banyak orang. Juga bertemu dengan para pakar seni tari sehingga bisa belajar banyak dari mereka.

Kemampuan menari dan menciptakan tari pun semakin terasah dan teruji. Beberapa komposisi yang ia ciptakan dan pentaskan antara lain, Koreografi Motif Batik Kawung yang ia namai Srimpi Kawung (2009), The Chair (2010), Kawung Kontemporer (2011), Dream (2011). Ada lagi The Entrapment dan The Beginning,  karya yang diciptakannya untuk sebuah pementasan  di negeri Jepang. Kolaborasi demi kolaborasi juga Mila lakukan, salah satunya kolaborasi dengan penari Jimmy Pragina Gong dalam Lingga Yoni (2011). Menari  telah membawa Mila beberapa kali ke negeri Sakura, Mesir, Malaysia dan Thailand. Menari adalah soal kepuasan hati.  Dan menjadi kebanggaan bagi Mila bila karya ciptaannya diperhatikan dan diapresiasi positif oleh para praktisi dan senior.

07.jpg

Kesibukan Mila semakin padat. Selain fokus menyelesaikan program S2 di ISI, ia selalu rutin berlatih bersama Tembi Dance Company. Mila juga berbagi ilmu yang ia miliki. Secara rutin ia mengajar menari untuk anak-anak di Rumah Budaya Tembi. Di antara kesibukannya, tentu saja ia tetap menciptakan karya-karya tari tradisional maupun kontemporer. "Aku bukan tipe orang  yang ‘moody’. Aku bisa mendapatkan ide kapanpun dan di manapun, bahkan di saat sedang ‘BeTe’ sekalipun," ungkap Mila. Ia memiliki buku saku yang disebut buku konsep, di mana ia catat semua ide dan konsep yang ia dapat untuk kemudian diterjemahkan ke dalam komposisi tarian.

08.jpg

Mila masih terus menari, karena ia masih punya banyak mimpi. "Aku iri pada orang-orang barat yang bisa menghargai karya seni," kata Mila. "Dan aku ingin orang-orang kita bisa melakukan hal yang sama," imbuhnya. Ia juga berharap seni tari bisa diterima di setiap kalangan. Ia ingin menyelipkan nilai-nilai dari leluhur di setiap tarian ciptaannya, sehingga para penikmat seni bisa mendapatkan sesuatu dari karya seni tersebut. Dan hingga saat ini, ia ingin memiliki padepokan tari sendiri, di mana ia bisa menghimpun anak-anak yang ingin berekspresi namun tak memiliki wadah.

Namanya Mila Rosinta Totoatmojo. Muda, cantik dan berprestasi. Salah satu figur kaum muda yang hidupnya menyatu dan mengalir  dengan seni tari hingga tumbuh mimpi-mimpi  besar karena kecintaannya. Salam Kratonpedia.

09.jpg

Tidak sekedar melatih menari, namun juga mengajak mencintai budaya

13.jpg

(dok. istimewa)

14.jpg

(dok. istimewa)

15.jpg

(dok. istimewa)

16.jpg

 (teks: Aan Prihandaya, Foto: dokumen pribadi & Aan Prihandaya/Kratonpedia)



Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos