Batik Cap Dari Dusun Tarudan

Foto oleh : Aan Prihandaya
Pin It

01.jpg

Keberadaan kain batik sudah merata di segala lapisan masyarakat. Pada awalnya, kain batik identik dengan kain khusus keluarga kerajaan ataupun kaum berada. Namun kini sudah tidak berlaku lagi. Batik kini sudah menjadi milik semua golongan dan mudah didapatkan, bahkan di beberapa instansi maupun sekolah sudah menerapkan aturan untuk mengenakan pakaian batik di setiap hari tertentu. Bila dahulu kain batik dianggap sebagai barang mewah dan mahal, apakah kini sudah menjadi barang yang murah?

Kain batik tulis masih menjadi barang yang eksklusif. Namun karena perkembangan jaman dan lajunya perkembangan teknologi, kini sudah banyak beredar teknik membatik dengan biaya yang lebih murah, yaitu teknik printing dan cap. Dalam teknik batik printing, pola telah dicetak di atas alat sablon, sehingga pembatikan dan pewarnaan bisa dilakukan secara langsung. Bisa dikerjakan dengan cepat dan massal, sehingga biaya produksi dan harga jual menjadi lebih murah. Sedangkan dalam batik cap masih menggunakan metode yang digunakan dalam batik tulis, yaitu menggunakan malam (lilin panas) yang dicapkan dengan alat semacam stempel di atas kain.

Kerajinan batik cap menjadi salah satu media alternatif dalam menterjemahkan kreatifitas disain kain batik. Salah satu pengrajin kain batik cap adalah Musa, yang tinggal di  rumah sekaligus menjadi workshop di dusun Tarudan Kulon, Bangunharjo, Sewon, Bantul. Pada awalnya, Musa hanya membantu ayahnya memproduksi batik cap,  namun sejak  tahun 2005 dia mencoba membuka workshopnya sendiri hingga sekarang.

Menurut Musa, membuat batik cap tidak bisa dilakukan dengan sambil lalu. Diperlukan ketekunan dan ketelitian dalam mengerjakannya. Proses ini tidak bisa dikerjakan dengan cepat. Peralatan yang dibutuhkan pun juga tidak sederhana. Ada tahapan-tahapan yang harus dilewati menggunakan alat-alat tertentu untuk menghasilkan batik yang baik.

Yang pertama tentu saja gambar disain. Disain ini digunakan sebagai acuan pewarnaan dan dipakai sebagai pola pembuatan stempel. Cap atau stempel ini terbuat dari plat tembaga yang dicetak berdasarkan gambar disain yang nantinya digunakan untuk mengecap pada kain dengan malam. 

02.jpg

Berbagai corak cap/stempel yang terbuat dari tembaga tersimpan rapi di dalam rak.

Proses pengecapan kain dilakukan di atas meja khusus yang dilapisi plastik, busa basah, kertas semen dan kertas mika. Disiapkan pula kompor menyala dengan wajan datar terbuat dari tembaga di atasnya untuk memanaskan malam supaya mencair. Setelah semuanya siap, kain digelar di atas meja. Stempel yang sudah dicelupkan ke dalam cairan malam kemudian dicapkan ke atas kain. Setelah selesai, kain diganti dengan yang baru dan proses tersebut dilakukan lagi hingga lembaran kain terakhir. Proses ini bisa dilakukan dengan satu atau lebih stempel/cap, sesuai disain.

Tahap berikutnya adalah pewarnaan. Kain yang telah dicap kemudian dicelupkan ke dalam bak yang berisi cairan pewarna. Kain direndam dan diaduk hingga warna merasuk dan rata pada kain. Setelah itu kain diangin-anginkan hingga kering.

Ada kalanya, kain yang sudah dicap masih perlu dibatik lagi, dengan cap atau tulis. Fungsinya untuk mengisi bidang yang akan dipertahankan warnanya.  Atau bisa juga dengan tambahan mencoletkan beberapa warna tambahan kemudian ditutup dengan malam/dibatik. Setelah dibatik, kembali dilakukan pewarnaan. Proses ini sama seperti pewarnaan sebelumnya.

03.jpg

Ada kalanya kain yang sudah dicap masih perlu dibatik lagi, dengan cap atau tulis.

Apabila pewarnaan dan pengeringan telah selesai, dilakukan proses Pelorodan atau Nglorod, yaitu menghilangkan lilin/malam yang sebelumnya dicapkan dan dibatikkan pada kain. Proses ini dilakukan dengan cara mencelupkan kain dan diaduk-aduk dalam air mendidih yang telah dicampur dengan zat yang memudahkan malam atau lilin yang menempel terlepas. Setelah selesai, kain dicuci hingga bersih dan dijemur. Akhirnya selesailah sudah proses pembuatan batik cap dan kain siap dipakai.

Musa, anak muda dari dusun Tarudan ini secara konsisten mengerjakan proses batik cap hingga hari ini. Ia menyadari, sudah tidak banyak generasi muda yang mau melakukan pekerjaan seperti yang ia lakukan saat ini. Hal itu setidaknya tertangkap sebagai sebuah peluang bagi Musa, semakin sedikit peminat yang bermain, secara bisnis bisa menguntungkan bagi usaha dan kreatifitasnya. Melihat kreatifitas dan kesabaran dalam setiap proses karya batik yang dibuat, harga mahal atau murah itu menjadi sangatlah relatif. Salam Kratonpedia.

 

04.jpg

Kain polos disiapkan untuk dibatik. Jenisnya ada bermacam-macam.

05.jpg

Wajan datar terbuat dari tembaga berisi malam/lilin cair.

 06.jpg

Pengecapan dilakukan di atas meja dilapisi plastik, busa basah, kertas semen dan kertas mika.

07.jpg

Kain sutra yang telah melewati tahap pengecapan.

08.jpg

Musa melakukan proses pewarnaan.

09.jpg

Bak yang digunakan untuk mewarnai kain.

10.jpg

Kain yang sudah diwarna kemudian diangin-anginkan hingga kering.

11.jpg

Kreasi batik cap yang sudah jadi.

(Teks & Foto: Aan Prihandaya / Kratonpedia)


Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos