Memungut Berkah Grebeg Syawal

Foto oleh : Wd Asmara
Pin It

17.jpg

Siang itu Kamandungan Kraton Kasunanan Surakarta terasa cukup panas karena matahari bersinar penuh di tengah hari tanpa terhalang mendung. Gunungan Estri baru saja ludes diperebutkan masyarakat pada gelaran upacara grebeg syawal di Kraton Solo tersebut. Namun terlepas dari perhatian banyak orang saat itu, seorang perempuan paruh baya dengan kain jarik mengenakan kebaya warna hitam berkalungkan kain samir (selendang kecil warna kuning merah sebagai tanda untuk seorang abdi dalem) tampak sibuk merangkak dibawah tandu pembawa gunungan.

“Mundhut rereget”, begitu ucap perempuan yang akrab dipanggil mbok Paniyem. Abdi dalem yang sudah mengabdi selama lima belas tahun ini bahkan lupa kalau ditanya soal usianya, “Enam puluhan..” jawabnya sambil agak ragu dengan senyuman ramahnya. Tapi terlihat masih sehat dan tampak gesit saat harus jongkok bahkan sampai harus mengais sisa-sisa gunungan yang ada di bawah tandu. Jadi yang dimaksud mundhut rereget tadi adalah memunguti sampah atau remah-remah rengginang dan aneka makanan yang berjatuhan saat prosesi rebutan gunungan sebelumnya.

Mbok Paniyem kembali dengan semangatnya mengatakan bahwa dia tidak ikut berebut atau ngrayah (merampas) apa yang tidak menjadi haknya, tapi hanya sebatas mensyukuri dengan apa yang tidak diambil oleh orang lain tapi masih mempunyai arti buat dibawa pulang. Mbok Paniyem tinggal di desa Klampisan Baki Sukoharjo yang berjarak kurang lebih 15 Km dari Kraton Solo. Jarak tersebut terkadang harus ditempuh dengan menggunakan sepeda, karena kalau naik angkutan umum waktunya habis untuk menunggu.

Selama lima belas tahun mbok Paniyem menjadi srati atau mendampingi  Kebo Kyai Slamet khususnya saat menjelang kirab malem Suran (Satu Suro). Semua dilakukan semata karena ikhlas untuk mengabdi dan kebanggaan, hal tersebut rasanya sudah jarang dan agak susah ditemukan pada generasi sekarang. Meskipun mbok Paniyem selalu optimis kalau setiap jaman itu akan selalu ada yang meneruskan, walaupun tidak selalu datang dari keluarganya sendiri.

Senyum ramah selalu menghiasi wajah mbok Paniyem yang sudah tidak muda lagi, tapi semangatnya akan kebahagiaan hidup terlihat jelas dengan keyakinannya. “ Sabar lan ikhlas, trimo ing pandum”  (sabar dan ikhlas mensyukuri apa yang sudah diterima). Menurutnya, bahkan sampah gunungan yang dia pungut sekalipun akan memberikan limpahan berkah dan keselamatan, karena semua sudah dimintakan doa kepada Gusti Allah. “Gusti Allah mesti bade paring berkah lan slamet kagem sinten kemawon ingkang sabar lan ikhlas” (Allah pasti akan memberikan berkah dan keselamatan kepada siapa saja yang sabar dan ikhlas) ucap mbok Paniyem dengan raut wajah optimis sambil berpamitan.

Sosok sederhana yang menyimpan cerita kecil tapi mempunyai makna besar, mbok Paniyem seorang perempuan paruh baya asal desa yang cukup jauh dari Kraton Solo, dengan keyakinan dan kerendahan hati menjalani hidup dengan ceria. Sungguh kebahagian itu tidak berada terlalu jauh dari pandangan mata. Salam kratonpedia.

2.jpg 

19.jpg 

16.jpg 

1.jpg 

3.jpg 

4.jpg 

5.jpg 

6.jpg 

11.jpg 

12.jpg 

10.jpg 

9.jpg 

8.jpg 

14.jpg 

7.jpg 

13.jpg 

(teks dan foto : Wd Asmara/kratonpedia)

Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos