Grebeg Syawal Kraton Solo

Foto oleh : Wd Asmara
Pin It

1_1.jpg

Hari Raya Idul Fitri 1432 H baru saja berlalu, tapi seperti biasanya suasana lebaran masih akan terasa hingga sepuluh hari berikutnya. Banyak kenangan dan kesan hangat dalam setiap kegiatan selama hari lebaran, termasuk kemeriahan hajatan syukuran untuk mengakhiri bulan suci Ramadhan dan memasuki bulan Syawal yang dilaksanakan Kraton Kasunanan Surakarta atau Kraton Solo ini. Wujud puji syukur tersebut setiap tahun selalu dirayakan dengan upacara Grebeg Syawal yang disimbolkan dengan dua gunungan yang akan diperebutkan masyarakat di akhir upacara.

 

Gunungan pertama yang berbentuk runcing menyerupai tumpeng disebut gunungan Jaler (laki-laki), dan terdiri dari berbagai hasil bumi seperti kacang panjang, wortel, cabe merah besar, tebu, telor asin,klenyem (dari bahan singkong diisi gula jawa). Sedangkan di dalam bagian bawah gunungan berisi tumpeng nasi putih berikut lauk-pauknya.

 

Gunungan kedua berbentuk tumpul menyerupai kubah dan disebut gunungan Estri (perempuan), terdiri dari rangkaian rengginang mentah atau criping dari ketan yang ditusuk dengan bilah bambu. Kemudian pada bagian bawah gunungan sama dengan gunungan pertama, yaitu berisi nasi beserta lauk pauk.

 

Kedua gunungan digunakan sebagai simbol rasa syukur Raja beserta kawula dan seluruh abdi dalem Kraton yang sudah behasil menyelesaikan ibadah puasa selama satu bulan penuh. Dan tradisi tersebut merupakan warisan turun temurun dari Sultan Agung pada jaman kerajaan Mataram, yang kemudian terus dilestarikan hingga sekarang.

 

Grebeg berasal dari bahasa Jawa sendiri berasal dari kata gembrebeg atau gumerebeg, dalam bahasa Jawa yang artinya sergap, bisa juga bermakna kegaduhan kalau dari asal kata gumerebeg. Karena dalam upacara grebeg tersebut selalu diakhiri dengan kegaduhan saat berlangsungnya rebutan gunungan yang dilakukan masyarakat, baik itu aktifitas saling dorong maupun teriakan dan suara tawa yang selalu mengiringi puncak upacara tersebut.

 

Tradisi saling berebut dimaksudkan untuk mendapatkan berkah dan keselamatan, melalui simbol-simbol yang diwujudkan dari aneka hasil bumi dan makanan yang menghiasi kedua gunungan. Sebuah prosesi yang sangat ditunggu oleh masyarakat yang datang dari berbagai daerah termasuk warga sekitar Kraton. Meskipun menurut beberapa abdi dalem terlihat peminatnya terus menurun dibandingkan beberapa upacara tahun-tahun sebelumnya.

 

Prosesi upacara grebeg Syawal dimulai dengan mengarak kedua gunungan dari dalam Kraton yang dikawal oleh prajurit dengan persenjataan pedang, tombak dan panah serta diawali oleh barisan musik drum band Kraton dengan komandannya yang meniup terompet untuk membuka jalannya kirab menuju Masjid Ageng melewati Siti Hinggil dan alun-alun utara.

 

Setelah memasuki halaman Masjid Ageng Solo, kemudian kedua gunungan di bawa masuk ke area dalam di beranda Masjid. Dan dengan dipimpin ulama Kraton Solo, doa-doa dipanjatkan sebagai ucap syukur serta memohon keselamatan serta berkah dari Tuhan untuk Sultan Pakoe Boewono XIII dan seluruh rakyatnya, atau secara umum untuk masyarakat Solo Raya.

 

Setelah upacara doa bersama tersebut, kedua gunungan di bawa keluar menuju halaman depan Masjid untuk diperebutkan masyarakat yang sudah menunggu sejak pagi. Untuk gunungan yang diperebutkan di halaman Masjid adalah gunungan Jaler, sedangkan gunungan Estri di arak kembali menuju Kamandungan (halaman depan Kraton) dan akan diperebutkan oleh masyarakat yang sudah menunggu disana.

 

Tradisi grebeg Syawal memberikan kenangan akan kemeriahan lebaran di Kraton Solo. Selain sebagai tontonan,  yang juga bisa ditangkap meskipun dengan beberapa pandangan yang berbeda-beda, adalah adanya tatanan serta tuntunan yang masih terus dijaga dan dilestarikan sebagai warisan budaya dengan nilai sejarah atas keberadaannya.

 

Kraton Kasunanan Surakarta tetap akan terus mengucap syukur setiap tahun disaat lebaran tiba, dan memohon berkah serta keselamatan untuk semua. Dan gununganpun akan selalu menunggu, seberapa banyak lagi masyarakat yang masih merindukan kegaduhan dan mengharapkan berkah yang melimpah dengan rela saling berdesakan diterpa teriknya panas saat lebaran tiba berikutnya. Sampai bertemu lagi di lebaran tahun depan. Salam KratonPedia.

1_2.jpg 

2.jpg 

3_1.jpg 

4.jpg 

5.jpg 

7.jpg 

6.jpg 

9.jpg 

8.jpg 

10.jpg 

11.jpg 

12.jpg 

30.jpg 

14.jpg 

15.jpg 

16.jpg 

18.jpg 

17.jpg 

19.jpg 

21.jpg 

20.jpg 

28.jpg 

29.jpg (teks dan foto : Wd Asmara/KratonPedia)  

Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos