Kasongan, Dari Gerabah Menjadi Rumah

Foto oleh : Aan Prihandaya
Pin It

a.jpg 

Bagi penduduk asli Yogyakarta, pada era tahun 70-an tentunya masih sering menemui pedagang anglo, pot bunga atau jambangan yang dijajakan mengelilingi kota menggunakan sepeda. Barang-barang tersebut merupakan hasil produksi penduduk desa Kasongan. Desa ini berada di wilayah kecamatan Kasihan, kabupaten Bantul atau sekitar 6 kilometer arah selatan kota Yogyakarta. Pembuatan gerabah di wilayah Kasongan telah menjadi suatu profesi umum selama beberapa generasi hingga sekarang. Untuk mengetahui kapan aktifitas komunitas gerabah di wilayah tersebut mulai muncul masih belum ada data yang menunjukkan secara jelas. Namun menurut Ponimin dalam bukunya "Disain Keramik Kasongan," disebut Kyai Song yang mencikal-bakali keberadaan keramik Kasongan 320 tahun yang lalu.


Mengikuti perkembangan jaman dan kebutuhan, di Kasongan muncul usaha jasa yang membentuk lingkaran bisnis yang saling tergantung dan membutuhkan. Ada yang berperan sebagai pemasok bahan berupa tanah liat, baik yang diambil dari daerah sekitar Kasongan maupun dari Klaten. Ada pula yang berperan sebagai pengrajin, tukang bakar, tukang finishing (cat, balut) bahkan pula yang menyediakan jasa packing dan kurir. Pemain-pemain dari luar wilayahpun mulai berdatangan. Saat ini para pendatang dari Brebes dikenal sangat piawai sebagai pengrajin. Munculnya pemodal, pedagang dan broker semakin menyemarakkan usaha gerabah di Kasongan.

Tak dapat dipungkiri, penduduk Kasongan telah mencicipi buah manisnya bisnis gerabah/keramik sesuai skala masing-masing. Saat ini bisa disebut Pak Timbul, Pak Subur juga beberapa nama lain yang secara konsisten menekuni usaha gerabah dan mengenyam hasilnya. Mereka berhasil memiliki ruang pajang yang luas, nyaman dan lengkap beserta ratusan karyawan. Rumah yang mewah beserta fasilitasnya telah mereka miliki. Bagi penduduk yang tidak mampu mendapatkan modal ataupun menjalin hubungan dengan pembeli besar tidak berkecil hati, mereka tergabung dalam Koperasi yang siap membantu menyalurkan hasil produksi mereka.

Menyusuri jalan di Kasongan, di kiri kanan berjajar puluhan rumah pajang, galeri besar maupun kecil. Mereka menawarkan guci raksasa berharga jutaan rupiah hingga gantungan kunci, vas kecil atau asesoris sebagai souvenir perkawinan. Masuk ke lorong-lorong desa, kita bisa menyaksikan proses pembuatan gerabah, dari mencetak, menjemur, membakar hingga pemrosesan akhir. Bila Anda berkunjung ke Yogyakarta, tidak ada salahnya mampir ke sana, dan menjadi saksi kebahagiaan atas berkah dari tanah di desa Kasongan. Salam kratonpedia.

 1.jpg

Produksi guci raksasa menjadi pemandangan yang biasa

 

2.jpg

Ketekunan dan ketelitian akan membuahkan hasil yang maksimal.

 

3.jpg

Kakipun ikut bekerja

 

4.jpg

Di mana ada sinar, di situ mereka menjemur tembikar

 

5.jpg

Siap-siap menuju tahap pembakaran

 

6.jpg

Di sini gerabah tidak selalu berwarna coklat tanah

 

7.jpg

Kreatifitas dalam pengerjaan hasil akhir

 

8.jpg

Dikerjakan bersama dalam canda tawa, namun hasil tetap sempurna

 

9.jpg

Beragam warna cat membuat produk makin berwarna

 

10.jpg

Pekerjaan massal tidak berarti dikerjakan dengan asal

 

11.jpg

 Souvenir pernikahan

 

12.jpg

Hasil akhir, siap dipasarkan

 

(teks dan foto : Aan Prihandaya/kratonpedia)

 

Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos