Ngabuburit Di Kota Tahu

Foto oleh : Wd Asmara
Pin It

 Ankot_L300_1.jpg

Menempuh perjalanan darat dengan angkutan umum menuju kota Sumedang sungguh mengasyikan. Siang itu terminal Cicaheum Bandung sangat padat, jalan pintas untuk mendapatkan angkutan umum paling cepat adalah dengan menunggu di pinggir jalan Ahmad Yani di area luar terminal.

Tak lama kemudian mobil L 300 dengan cat yang mulai pudar cenderung kusam melintas perlahan, “medang..medang...medang..” seorang kenek dengan suara yang agak serak terus meneriakan kata-kata yang menandakan trayek angkutan tersebut menuju kota Sumedang. 

Kurang lebih mobil ngetem atau parkir menunggu penumpang hingga penuh selama sepuluh menit, waktu yang terbilang lumayan untuk pelanggaran di lokasi bertanda S coret di sepanjang jalan yang padat itu. Dan saat menunggu tersebut perhatian tertuju pada sebuah stiker iklan yang tertempel di pintu mobil “ahli pasang gigi palsu”, yang ternyata lokasi prakteknya persis ada di tempat mangkal mobil tersebut. Sebuah pemandangan yang khas dan umum di Bumi tercinta ini, memang Indonesia kaya warna, begitulah penggambaran tepatnya.

angkot_iklan_1.jpg 

Mobil mulai bergerak perlahan menyelinap di kemacetan jalanan depan terminal, jalanan mulai berkelok dan melewati banyak tanjakan hingga tak terasa sudah berjalan satu setengah jam di perjalanan. Delapan kilometer sebelum memasuki kota Sumedang, di sebuah jalan yang menanjak tampak deretan kios menjual ubi madu dan krupuk pasir yang berada tidak jauh dari sebuah patung dua orang dalam posisi bersalaman yang berwarna kuning keemasan.

Rupanya sudah sampai di daerah yang dikenal dengan nama Cadas Pangeran, dimana patung tersebut merupakan penggambarkan saat Pangeran Kornel yang bernama asli Kusumah Dinata seorang raja di masa itu yang sedang bersalaman dengan Jendral H.W. Daendles menggunakan tangan kirinya sebagai bentuk penolakan terhadap pemerintahan kolonial Belanda. Sebuah keteguhan dan keberanian sikap yang bisa menjadi contoh untuk kecintaan atas berkah yang dimiliki di Bumi Pertiwi.

Lima belas menit kemudian sampailah di kota Sumedang, dan jalanan yang tampak sangat lengang dan bersih tersebut ternyata persis berada di pusat kota Sumedang yakni di alun-alun dekat Masjid Agung yang megah dengan arsitekturnya yang kuno dan masih asli. Pusat pemerintahan Kabupaten Sumedang ini sangat tenang dengan lalu-lintas kendaraan tidak seramai kota Kabupaten pada umumnya.

Selain alun-alun kota dengan taman yang biasa digunakan warga kota untuk bersantai, di dalam area taman kota ini juga terdapat sebuah monumen bersejarah yang menjadi ikon kota Sumedang. Yakni monumen Lingga, monumen yang dibangun untuk mengenang Bupati Sumedang Pangeran Soeria Atmadja pada tahun 1883-1919.

Selain taman kota yang banyak memberikan manfaat untuk warga masyarakat kota Sumedang, persis berada di seberang jalan depan monumen Lingga terdapat komplek kantor pemerintahan Kabupaten Sumedang yang berdampingan  dengan bangunan tua bergaya arsitektur Belenda. Bangunan tersebut adalah Museum Prabu Geusan Ulun, yang dibangun pada tahun 1973 dan merupakan museum keluarga atau milik pribadi yang berisi barang peninggalan raja-raja jaman kerajaan Sumedang Larang.

Rasanya sangat menyenangkan jalan-jalan ngabuburit di pusat kota yang suasananya masih asri dan tenang seperti sedang bernostalgia ke era jaman pemerintahan tempo dulu dengan nuansa wisata sejarahnya. Hal ini membuat penggambaran kota Sumedang yang selama ini hanya selalu diingat karena kelezatan tahunya, menjadi bertambah lengkap dengan kenangan atau cerita yang bisa dinikmati sambil menunggu saatnya buka puasa tiba.

Dan yang sudah pasti saat berada di alun-alun pusat kota Sumedang ini, wajib mencicipi jajanan untuk berbuka puasa dengan pilihan menu yang beragam. Mulai dari es kelapa muda, aneka kue, nasi timbel, lalapan dan aneka menu khas Sunda lainnya.

Selain semua menu diatas,  sudah pasti jurus pamungkasnya adalah  menyantap tahu Sumedang yang hangat serta bertekstur lembut, dan menyantapnyapun paling pas dengan gigitan cengek atau cabe rawit hijau yang pedas menyengat lidah. Sungguh menggugah selera untuk berburu keunikan budaya Nusantara, semua perjalanan pasti ada hikmah dan berkahnya, ngabuburitpun menjadi lebih bermakna. Salam KratonPedia.

oleh2_cadas_1.jpg

kornel_1.jpg

angkot_03_1.jpg 

taman_1.jpg 

masjid1_1.jpg 

masjid2_1.jpg 

lingga_1.jpg 

 

buntel_1.jpg 

buntel2_1.jpg 

lalap_sumedang_1.jpg 

warung_sunda_1.jpg 

sayur_leunca_1.jpg 

jalan_utama_1.jpg 

tahu_sumedang_1.jpg 

(teks dan foto : Wd Asmara/KratonPedia)  

Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos