Watugong yang berarti batu berbentuk gong, adalah nama kawasan di lintasan jalan raya Ungaran - Semarang. Ketenaran nama Watugong tidak hanya terbatas pada sebuah batu yang berbentuk gong tersebut. Bila melintas jalan raya dari arah Ungaran, di depan markas Kodam IV Diponegoro terdapat bangunan mirip menara namun unik. Itu adalah Pagoda Avalokitesvara atau juga disebut Metta Karuna yang berada dalam komplek Vihara Buddhagaya Watugong. Komplek seluas 2,5 hektar ini, meskipun adalah tempat ibadat penganut agama Buddha, namun cukup menarik untuk dikunjungi.
Menurut sejarah, vihara Buddhagaya Watugong didirikan pada tahun 1957, dan merupakan vihara pertama di Indonesia setelah keruntuhan kerajaan Majapahit. Saat itu berupa vihara kecil, dan sempat terlantar selama beberapa tahun. Hingga akhirnya Sangha Theravada Indonesia memprakarsai renovasi vihara Watugong menjadi sebuah vihara yang besar, indah, megah. Pada tahun 2006 vihara ini diresmikan kembali. Bahkan, MURI mencatat bangunan ini sebagai vihara tertinggi di Indonesia.
Pagoda Avalokitesvara memiliki tinggi bangunan 45 meter dengan 7 tingkat, yang bermakna bahwa seorang pertapa akan mencapai kesucian dalam tingkat ketujuh. Bagian dalam pagoda berbentuk segi delapan berukuran 15 x 15 meter. Pada tingkat 2 hingga 6 menampilkan patung Dewi Kwan Im, atau dewi welas asih. Dewi Kwan Im ditempatkan menghadap 4 penjuru mata angin guna memancarkan kasih sayangnya ke segala sudut arah mata angin. Selain itu sedikitnya ada 20 patung Kwan Im dipasang di sini.
Patung Dewi Kwan Im yang ditempatkan pada tingkat 2 hingga 6, menghadap 4 penjuru mata angin
Yang membuat vihara ini menjadi lebih istimewa, beberapa bahan bangunan sengaja didatangkan dari Cina, seperti railing tangga batu, tiang batu yang berjumlah dua dengan ukiran menawan. Meskipun bahan baku lainnya masih diambil dari berbagai sumber di Indonesia.
Salah satu peninggalan vihara tua di Watugong ialah patung Buddha tidur di bawah pohon Sala. Konon, Sang Buddha dilahirkan di bawah pohon Sala, dan begitu pun saat meninggalnya. Buddha menghembuskan nafas terakhir di antara dua pohon Sala. Pohon ini menebarkan aroma harum saat sedang berbunga.
Patung Buddha tidur
Semuanya bagian dalam komplek Vihara ditata dengan rapi dipadukan dengan keasrian lingkungan, ditambah dengan keindahan arsitektur Tiongkok menjadikan tempat ini relatif menyenangkan untuk berziarah serta beribadah maupun sekedar untuk beristirahat dan bersantai.
Di lokasi vihara ini ditanam pohon Boddhi, yaitu pohon yang dianggap ‘berjasa’ kepada Sang Buddha Gotama pada saat mencapai Pencerahan Sempurna. Menurut cerita, seorang biksu bernama Naradha dari Srilanka pada tahun 1955 datang ke tempat ini membawa dua bibit pohon Boddhi. Pohon tersebut ditanam di Watugong dekat vihara dan tumbuh subur. Di bawah pohon ini terdapat patung Buddha duduk.
Jika sedang jalan-jalan di kota Semarang, tidak ada salahnya mengunjungi Vihara Buddhagaya Watugong ini untuk melihat keindahan arsitekturnya sambil berfoto bersama, atau berburu foto-foto ornamen yang unik untuk oleh-oleh saat wisata. Salam Kratonpedia.
Tujuh tingkat yang bermakna bahwa seorang pertapa akan mencapai kesucian dalam tingkat ketujuh
Dua gazebo kembar di kanan kiri pagoda
Ornamen liong dan kolam ikan yang mengitari vihara
Pilar penyangga dari batu dengan ukiran yang indah
Langit-langit vihara yang menjulang hingga 7 tingkat
Patung Buddha duduk di dalam vihara. Terdapat satu lagi di dalam gedung Dhammasala
Beraneka macam bentuk persembahan dari umat kepada sang Buddha
Buah apel. persembahan di depan patung Dewi Kwan Im
Patung Buddha bersila di bawah pohon Boddhi
(teks dan foto: Aan Prihandaya/Kratonpedia)