Ngulik Lorong Berburu Batik

Foto oleh : Aan Prihandaya
Pin It

01.jpg

Pasar Beringharjo berada di ujung selatan jalan Malioboro, bersebelahan dengan benteng Vredeburg. Pasar ini menjadi bagian yang tak bisa dipisahkan dari keberadaan kraton Yogyakarta Hadiningrat saat itu. Pada awalnya, pasar yang berada di kawasan hutan beringin di depan kraton Yogyakarta ini menjadi tempat transaksi ekonomi oleh warga Yogyakarta dan sekitarnya. Hingga akhirnya pada tahun 1925 dibuatkan bangunan permanen dinamai Pasar Beringharjo yang artinya wilayah yang semula pohon beringin diharapkan dapat memberikan kesejahteraan.

Disebut juga dengan nama "pasar gedhe" karena Beringharjo adalah pasar tradisional  terbesar dan terlengkap di Yogyakarta. Terdiri dari dua bangunan di sisi barat dan timur yang dihubungkan dengan jembatan. Di sisi timur, di lantai dasar tersedia berbagai bahan kebutuhan dapur. Namun di lantai atas banyak ditawarkan barang-barang bekas dan antik. Di bangunan sebelah barat, tersedia segala macam kebutuhan fashion.

Pasar Beringharjo identik dengan batik. Di pasar ini dijual berbagai macam jenis pakaian batik, dari daster, gaun, hem hingga batik "sarimbit" (baju pasangan pria wanita). Di lantai dasar bangunan barat dipenuhi oleh kios pakaian batik dari yang murah hingga yang mahal. Sangat mengasyikkan saat menyusuri lorong sempit dengan pilihan aneka macam baju batik. Setiap kali melangkah, dengan senyum ramah para pedagang menanyakan batik apa yang dicari. Mereka menawarkan dagangannya tanpa memaksa pembeli untuk berhenti. Sangat khas.

Tidak hanya menyediakan baju batik, namun juga produk berbahan batik lainnya seperti sprei, sarung bantal, taplak meja, gorden dan blangkon. Pengembangan produk batik menghasilkan tas, dompet hingga sarung laptop bermotif batik. Apabila membutuhkan kain batik, bisa didapatkan di bangunan sisi barat sebelah utara. Berbagai macam kain batik, baik batuk tulis maupun printing tersedia di sana.

Pasar Beringharjo tidak hanya menyediakan batik baru. Di bangunan timur di lantai dua dan tiga, terdapat kios barang bekas dan antik, salah satunya menjual kain batik. Kain batik bekas/produk lama biasa disebut kain batik lawasan. Barang bekas tidak berarti murah. Bahkan kain batik lawasan di sini ada yang harganya berkali lipat dibandingkan dengan kain batik baru. Ini disebabkan karena kualitas batik tulis jaman dahulu yang memang lebih baik dibanding sekarang. Di samping itu, disain motif juga berpengaruh.

Namun kain batik lawasan juga ada yang murah. Dijualnya tidak per lembar namun kiloan. Biasanya yang membeli adalah para pengrajin tas, dompet dan kerajinan lain berbahan baku kain batik.  Barang-barang tersebut kemudian dijual kembali di kawasan Malioboro, termasuk di pasar Beringharjo.

Pasar Beringharjo tidak pernah sepi. Setiap hari selalu saja ada yang berbelanja batik di sana. Baik yang berbelanja partai besar ataupun eceran. Terlebih pada saat musim liburan tiba. Bila berkunjung ke Jogja, tidak lengkap rasanya kalau tidak mampir dan berburu batik di pasar Beringharjo. Sensasi berdesak-desakan dengan pengunjung lain dan menikmati proses tawar menawar harga dengan para pedagang adalah kenangan yang menyenangkan saat berwisata, selamat jalan-jalan dan bersenang-senang. Salam Kratonpedia.

02.jpg Beringharjo di waktu pagi masih sepi. Pedagang mempersiapkan dagangannya. (Foto: AP)

03.jpg   Baju batik berbagai model tersedia di sini. (Foto: AP)

04.jpgLorong sempit dipenuhi ribuan batik. (Foto: AP)

05.jpg  Perlu kejelian untuk memilih batik yang diinginkan. (Foto: AP)

06.jpgProses tawar menawar menjadi hal yang menarik saat bertransaksi. (Foto: AN)

08.jpgAneka ragam tas batik. (Foto: AN)

07.jpgSepanjang hari, Beringharjo tidak pernah sepi. (Foto: AN)

09.jpg Pasar Batik Beringharjo, tempat wisata belanja yang layak dikunjungi. (Foto: AP)

(Teks: Aan Prihandaya, Foto: Adi Novi & Aan Prihandaya/Kratonpedia)


Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos