Lawang Sewu, Bangunan Dengan Seribu Misteri

Foto oleh : Aan Prihandaya
Pin It

01.jpg

Sinar matahari pagi sudah terasa menyengat. Namun rasa gerah setelah berjalan kaki menyusuri kawasan kota lama Semarang, menjadi sirna setelah mencapai ujung jalan Pemuda, di kawasan Bundaran Tugu Muda. Di salah satu sudut, gedung tua bergaya art deco, penampilannya kokoh dan eksotis berdiri tegak gedung Lawang Sewu. Bangunan ini disebut Lawang Sewu yang berarti Pintu Seribu karena banyaknya jumlah pintu. Namun kenyataannya, pintu yang ada tidak sampai seribu. Bangunan ini memang memiliki banyak jendela tinggi dan lebar, sehingga masyarakat sering keliru menganggapnya sebagai pintu.

Lawang Sewu merupakan gedung dengan arsitektur perpaduan gaya Eropa dalam keunikan lokal. Bagian depan gedung ini diapit dua menara kembar menjulang. Di belakang kedua menara, tampak selasar dengan puluhan jendela tinggi dan besar yang berjajar serta barisan pintu-pintu. Sentuhan seni arsitektur yang unik membuat gedung ini terlihat anggun. Kaca mozaik yang mengiasi interior bangunan menampilkan keindahan yang membuat kagum. Karena kemegahan dan keindahan bangunan ini, sangatlah pantas bila Lawang Sewu dijuluki Mutiara dari Semarang. 

Banyaknya pintu dan jendela besar sehingga dinamai Lawang Sewu 

02.jpg

Bangunan utama Lawang Sewu berupa tiga lantai bangunan yang seakan memiliki dua sayap membentang ke bagian kanan dan kiri. Masing masing ruangan terhubung oleh pintu yang berjajar memanjang. bangunan paling atas adalah hall atau aula yang cukup luas. Namun yang paling menarik dari bangunan ini adalah ruang bawah tanahnya. Di mana terdapat lorong panjang berliku dan gelap yang digenangi air sebatas mata kaki. Menurut pemandu, lorong ini berfungsi sebagai pendingin ruangan di atasnya.

Lawang Sewu merupakan bangunan peninggalan Belanda yang dibangun pada tahun 1904. Pada awalnya, gedung ini dipakai sebagai kantor jawatan kereta api Belanda, Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij atau NIS. Pada tahun 1942, gedung ini diambil alih oleh Jepang. Ruang bawah tanah gedung yang sebelumnya berfungsi sebagai saluran pembuangan air, sebagian dialih-fungsikan menjadi penjara bawah tanah yang sarat dengan cerita penyiksaan. Tercatat dalam sejarah, gedung ini menjadi saksi peristiwa "pertempuran lima hari Semarang." Pertempuran itu telah menggugurkan banyak pejuang dan dikubur di halaman gedung ini. Namun pada tahun 1975 makam mereka dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Giri Tunggal.

Memasuki masa kemerdekaan bangunan ini beberapa kali berpindah tangan. Mula-mula dimanfaatkan sebagai kantor Perusahaan Jawatan kereta Api (PJKA), kemudian dipakai sebagai Kantor Badan Prasarana Komando Daerah Militer (Kodam IV/Diponegoro). Kemudian menjadi kantor wilayah (Kanwil) Departemen Perhubungan Jawa Tengah hingga tahun 1994. Setelah itu, sempat ada rumor bahwa Lawang Sewu akan dirubah menjadi hotel. Namun kenyataannya gedung ini justru dibiarkan kosong tidak terawat.

Kamar mandi di lantai 2, belum tersentuh renovasi 

15.jpg

Setelah cukup lama dibiarkan kosong, akhirnya gedung ini kembali diambil alih oleh PT Kereta Api Indonesia dan  dilakukan pemugaran yang selesai pada akhir Juni 2011. Dengan semua keindahan arsitektur dan perjalanan sejarahnya yang panjang, kini Lawang Sewu menjadi daya tarik wisatawan yang ingin melihat dan mencari tahu serpihan perjalanan yang mewarnai kota Semarang di gedung ini. Bertandang ke Semarang, selain mencicipi jajanan khas lumpia di jalan Pandanaran, tak lengkap bila tidak merasakan nuansa kemegahan Lawang Sewu, yang menyimpan seribu misteri. Salam Kratonpedia.

Tampak kokoh dan gagah, namun anggun 

03.jpg 

Menara 

04.jpg 

Bangunan sisi depan dan belakang terlihat sama

05.jpg 

Lorong yang gelap, bukan menyeramkan namun menciptakan keindahan cahaya

06.jpg 

Pilar dan selasar di lantai dua

07.jpg 

Selasar bagian belakang, belum tersentuh renovasi

08.jpg 


09.jpg 

Kombinasi warna tembok, keramik lantai dan ornamen yang tepat menjadi sangat eksotis 

10.jpg 

Selasar depan, masih direnovasi sudah kelihatan keindahannya

11.jpg 

Kata pemandu, artinya lorong.. 

13.jpg 

Corong pembuangan air dari batu

14.jpg 

(Teks dan foto: Aan Prihandaya/Kratonpedia)

 

 


Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos