Wayang Groove, Impian Seniman Muda Mutihan (episode-3)

Foto oleh : Wayang Groove
Pin It

 logo_oke.jpg

Kamis hari yang ceria,  27 Oktober 2011 saat matahari bersinar terang di kampung Mutihan. Hari itu bertepatan dengan hari ulang tahun Plenthe yang ke 30, sudah ada beberapa orang yang sedang santai duduk lesehan di ruang utama rumah Mutihan. Ada kue sederhana yang dikemas dalam kardus putih dengan hiasan lilin berbentuk angka 30 diletakkan di lantai yang berfungsi ganda, sebagai tempat duduk dan sekaligus juga sebagai meja.

1.jpg

Ulang tahun Plenthe ke 30.

Siang itu jadwal anak-anak rumah Mutihan lagi padat, mereka sedang mempersiapkan untuk tampil pada sebuah acara pertunjukan di malam hari. Tapi tak terlihat latihan yang cukup serius, mereka hanya seperti yang biasa mereka lakukan , yaitu latihan dengan koordinasi langsung lewat ngobrol satu sama lain untuk menemukan “deal” atau kesepakatan apa yang akan mereka tampilkan nanti di panggung. Dan itu sudah menjadi tradisi Plenthe dan kawan-kawan di rumah Mutihan.

3.jpgSantai dan tetap berlatih di siang bolong.

Hari itu Andre juga hadir di Mutihan, Andre adalah penyanyi yang nantinya juga akan terlibat dalam pagelaran akbar Wayang Groove yang menjadi impian seniman muda rumah Mutihan. Laki-laki muda kelahiran tahun 1988 ini, sehari-hari berprofesi sebagai penyanyi lepas di beberapa tempat, seperti di hotel, restaurant, dan acara pesta perkawinan. Tapi dengan kualitas vokalnya yang dihasilkan dari gemblengan keras Plenthe dan warga rumah Mutihan, membuat Andre siap untuk menyajikan yang terbaik di Wayang Groove nanti.

2.jpg Andre, salah satu personel vokal wayang groove.

Selain Andre, siang itu Thathit Paksi Setyawan, atau yang biasa dipanggil Thathit juga sudah nongol di rumah Mutihan. Di hari biasa, jika tidak ada rencana tampil di sebuah acara panggung, mereka memang jarang bisa berkumpul secara utuh. Kali ini karena selain ada acara di malam harinya, pada esok hari mereka juga akan tampil dalam sebuah acara di hotel bintang lima di kota Semarang. Thathit lahir tanggal 27 Maret 1990, dia dilahirkan dari lingkungan keluarga seniman. Ayahnya dalang dan ibu penari, dari situlah Thathit sudah mengenal dunia seni pedalangan sejak usia tiga tahun. Cucu pertama dalang kondang Ki Manteb Sudarsono ini memulai aksinya sebagai dalang cilik pada usia 4 tahun.

9.jpg Thathit Paksi Setyawan.

Pada malam harinya Bangkit tiba di rumah Mutihan, laki-laki berusia 25 tahun ini termasuk produktif dalam mencipta lagu dan komposisi musik. Sejak usia 13 tahun Bangkit yang mempunyai nama lengkap Bangkit Cahyo Pamungkas, sudah tertarik dengan bidang musik dan tergabung dalam sebuah band pelajar. Pendiri Forum Rembang Peduli Musik pada tahun 2004 ini mulai tertarik dengan musik tradisional sejak tahun 2005, alat musik yang menjadi perhatiannya adalah perkusi, alat gesek dan petik, serta alat tiup. Banyak prestasi yang sudah dicetak, sebagai penata musik dari Kelompok Janur Ponorogo dalam acara hari Tari Internasional pada tahun 2007, berkolaborasi dengan komposer dari California dengan karya Gamelan Freedom sebagai pemusik dan arranger Bonang Duo,  dan banyak lagi prestasi yang sudah dilewati dalam kiprahnya berekspresi melalui musik.  Hingga akhirnya pertemanannya dengan Plenthe melahirkan kolaborasi karya perkusi dalam kelompok Plenthe Percussion di rumah Mutihan.

5.jpg Bangkit Cahyo Pamungkas dan shakuachinya.

 Diundang panitia Bandung Wayang Festival, pada malam hari sepulang dari acara pementasan, Tunggul membawa beberapa lembar kertas yang merupakan surat undangan dari panitia Bandung Wayang Festival. Undangan tersebut berkaitan dengan kesediaan Wayang Groove sebagai penampil dalam gelaran yang di akan diselenggarakan pada minggu ke dua bulan Juli 2012 mendatang. Merekapun membahas rencana keberangkatan tim Wayang Groove tahun depan  untuk tampil di Bandung Wayang Festival, dan berharap langkah mereka kelak akan mendapatkan dukungan dari pemerintah kota Solo, karena biaya untuk tampil dan mengususng tim ke Bandung tidaklah kecil.

6.jpg Plenthe selalu bergelora dengan gendang setnya.

7.jpg

Duel gendang maut Plenthe dan Tunggul.

Malam semakin larut, dan rumah Mutihan justru semakin hidup. Personel Plenthe Percussion sudah berkumpul, acara obrolan ringan sampai ke masalah pentingpun mengalir seperti biasa saat mereka saling bertemu satu sama lain. Mulai dari minuman kemasan dingin yang dibeli Tunggul di sebuah mini market hingga teh panas dan gorengan yang dipesan khusus dari angkringan langganan di dekat rumah Mutihan, menjadikan acara “kumpulan” semakin mengasyikan. Lewat pukul 00:00 dini hari secara spontan tanpa aba-aba sebelumnya, sesi latihan mereka lakukan. Dimulai dengan permainan shakuachi yang dimainkan oleh Bangkit, berpadu dengan harmoni seni gerak tubuh amewujud dari Pieecee (Pese) membuat suasana rumah Mutihan hening sejenak. Shakuachi adalah jenis alat musik tiup dari Jepang, tapi di Mutihan ini shakuachi mereka buat sendiri dengan menggunakan batang bambu tongkat pramuka, dan hasilnyapun tetap enak didengar telinga.

10.jpg Latihan menjadi menu wajib dalam setiap pertemuan, Pieecee (Pese) dengan amewujud.

Latihan terus berlanjut dengan membuat formasi untuk aksi panggung hingga membuat karya komposisi permainan perkusi, dan itu semua dilakukan dengan tradisi mereka yaitu “caturan”, atau berlatih dan membuat komposisi musik bukan dengan partiture, tapi dengan irama mulut. Dan itu merupakan kekuatan bakat alami yang mereka punya karena kecintaan dengan apa yang mereka lakoni dan bukan berasal dari latar belakang pendidikan formal. Dalam formasi Plenthe Percussion, Plenthe memainkan gendang set yaitu satu gendang induk dan dua gendang kulantir (gendang kecil). Tunggul dan Thathit juga memainkan gendang set, sedangkan Pieecee (Pese) memainkan djembe dan membawakan tari amewujud, lalu Bangkit memainkan djembe dan alat tiup termasuk shakuachi.

12.jpg Tuung..tung...tung....slap..tung..slap......, tardisi unik latihan ala Mutihan.

 Wayang Groove mengadopsi kekuatan film, sesekali dalam saat latihan mereka kembali ngobrol dan membicarakan ide-ide awal disaat memunculkan konsep wayang groove. Film, adalah salah satu inspirasi sederhana yang menjadikan gagasan kemunculan wayang groove, diluar latar belakang kisah pewayangan dan keberadaan kesenian tradisional yang memang sudah tidak telalu populer dimata anak muda sekarang. Kemasan seni pertunjukan film yang menarik secara visual dan audio, kombinasi permainan musik dan unsur drama yang terbangun dengan bahasa film inilah yang menguatkan ide untuk menggelar wayang groove untuk kalangan penonton muda. Segala persiapan sudah dilakukan, mulai dari pembuatan konsep tata panggung yang dirancang oleh Iwan Juprex dan grafis oleh Bangkit, sampai logo wayang groove yang menggambarkan gunungan dengan rancangan grafis yang dibuat oleh Bangkit.

Meski mereka sudah berupaya untuk menceritakan niat dan impian mereka ke beberapa pihak yang terkait dengan aktifitas seni dan budaya di pemerintahan, rupanya belum sedikitpun reaksi positif berpihak kepada wayang groove. Tapi usaha untuk mewujudkan mimpi wayang groove tidak pernah berhenti, tidak ada kata lelah meski semua mereka lakukan dengan keadaan mepet dan tanpa fasilitas yang memadai. Plenthe, Iwan Juprex, Pieecee (pese), Bangkit, Tunggul, Thathit dan semua personel yang tergabung dalam wayang groove akan tetap mempunyai mimpi, bahwa suatu saat nanti panggung megah itu akan berdiri di hadapan penonton muda, dan entah itu nanti di mana. Salam Kratonpedia.

4.jpg Gendang adalah pasangan hidup bagi Thathit dan seniman muda Mutihan.

11.jpgTunggul melakukan pengepakan gendang set sebelum pementasan.

13.jpgPlenthe di dalam studio kecil Mutihan, untuk mewujudkan mimpi-mimpi besarnya.

(teks dan foto : Wd Asmara/Kratonpedia)

 


Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos