Apem Sewu, Bukanlah Apem Yang Berjumlah 1000

Foto oleh : Wd Asmara
Pin It

1.jpg

Kampung Sewu adalah nama sebuah Kelurahan di kota Solo yang terletak di bagian timur di Kecamatan Jebres, dan berjarak 1500 meter dari pasar Gede serta  1800 meter dari pusat grosir batik di daerah Gladag. Lokasi perkampungan ini termasuk wilayah pinggiran kota Solo, dan letaknya  berdekatan dengan bantaran sungai legendaris Bengawan Solo. Konon menurut cerita beberapa sesepuh kampung, nama Kampung Sewu berkaitan dengan asal kata sewu yang diambil dari istilah Penewu, yang artinya abdi dalem yang bertanggung jawab mengawasi prajurit dan harta benda milik Kraton Kasunanan Surakarta. Dan mungkin dulunya daerah ini merupakan tempat tinggal para Penewu, yang akhirnya diabadikan menjadi sebuah nama daerah, yaitu Kampung Sewu.

9.jpg  Adonan tepung beras dimasak dalam loyang dengan minyak goreng. 

Menurut cerita dari beberapa sumber,  keterkaitan Kampung Sewu dengan makanan tradisional apem, dimulai pada masa masuknya Ki Ageng Gribig yang bernama asli Wasibagno Timur,  putra dari Prabu Brawijaya V Raja terakhir Kerajaan Majapahit. Dan Ki Ageng Gribig ini menurut cerita juga mempunyai kedekatan dengan Sultan Agung, Raja Mataram pada masa itu. Konon dulunya saat Ki Ageng Gribig dalam perjalanan syiarnya menyusuri Bengawan Solo, dan sampai di daerah yang sekarang bernama Kampung Sewu ini, memberikan amanah kepada masyarakat untuk berbagi makanan yang disimbolkan dengan kue apem sebagai wujud syukur dan permohonan ampunan supaya diberi selamat oleh Tuhan. Apem sendiri merupapan saduran dari kata Affan dalam bahasa Arab yang berarti ampunan. Dan dari sinilah keberadaan kue apem ini sering muncul atau dikaitkan dengan upacara adat dan slametan dalam tradisi Jawa yang digunakan sebagai simbol, dan kurang populer sebagai jajanan atau kue yang mudah ditemukan sehari-hari.5.jpg  Apem saat hangat teksturnya lembut dengan rasa gurih asin dan manis. 

Sebenarnya jenis jajanan ini mempunyai rasa enak dengan kombinasi antara gurih asin dan manis , apalagi kalau dikonsumsi selagi masih hangat. Tapi karena kue apem ini lebih dikenal sebagai kelengkapan dalam upacara adat, dan bukan sebagai cemilan atau jajanan, maka keberadaan atau inovasi bentuk dan cita rasanya kurang berkembang di masyarakat.

Dari situlah muncul sebuah tradisi baru yang dikreasi dengan swadaya oleh masyarakat Kampung Sewu yang berbentuk upacara kirab dan berbagi apem, dan tradisi tersebut  diberi nama Apem Sewu. Kirab berbagai karya kreasi menata apem dengan hiasan ini diikuti oleh beberapa rukun warga di Kampung Sewu, jarak yang harus ditempuh peserta kirab sejauh 3 Km menyusuri jalan perkampungan. Dan dalam arak-arakan apem tersebut juga dimeriahkan dengan berbagai kesenian tradisional yang bertujuan menghibur warga dan menarik perhatian masyarakat untuk terlibat dalam tradisi Apem Sewu tersebut.

Meskipun tujuan penciptaan tradisi ini berkaitan dengan upaya untuk mejadikan apem sebagai kuliner khas dari Kampung Sewu dan bisa tetap eksis, yang menurut cerita memang pada jaman dahulu masyarakat daerah bantaran sungai ini dikenal sebagai sentra pembuat apem di daerah Solo, namun memang dalam kenyataannya jenis kue ini tidak ditemukan di warung atau angkringan kampung tersebut. Bahkan saat acara Apem Sewu digelarpun,  tidak tampak pedagang makanan yang menjajakan apem sebagai salah satu menu pilihannya.

Setidaknya sebuah upaya sudah dilakukan, dan itupun hasil dari semangat swadaya masyarakat untuk terus maju menjadikan Apem Sewu sebagai awal perjuangan meningkatkan kehidupan mereka di kampung yang dulunya ditinggali oleh para Penewu. Salam Kratonpedia.

12.jpg   Apem bisa juga dikembangkan dengan aneka rasa baru, misalnya rasa nangka. 

11.jpg   Ibu-ibu warga Kampung Sewu antusias menghias apem.

 14.jpg  Aneka jajanan moderen dijajakan di acara Apem Sewu. 

15.jpg   Kirab apem menyusuri jalanan seputar kampung.

16.jpg   Topeng Ireng Boyolali meramaikan kirab Apem Sewu. 

17.jpg   Melihat tari Gambyong dari dekat panggung. 

13.jpg   Gotong Rojong tertulis di sebuah gapura tua Kampung Sewu di pinggiran bantaran Bengawan Solo. 

(teks dan foto : Wd Asmara/Kratonpedia)

 


 

Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos