Wayang Groove, Impian Seniman Muda Mutihan (episode-1)

Foto oleh : Wd Asmara
Pin It

5.jpg

Kampung Mutihan berlokasi di daerah Purwosari kota Solo di sebuah pemukiman pinggiran jalur rel kereta yang biasa dilalui kereta Prameks. Kehidupan di gang yang tidak terlalu ramai ini sama dengan gaya perkampungan pada umumnya. Jalanan aspal yang sempit dan deretan rumah sederhana dengan hiruk pikuk suara anak-anak yang mendominasi suasana sore hari. Kampung yang tenang dan sesekali dilewati aneka jajanan gerobak dorong khas kehidupan perkampungan di negeri tercinta ini, ternyata menyimpan sebuah impian besar dari sebuah rumah yang berukuran relatif kecil.

Rumah kecil di kampung Mutihan tersebut merupakan tempat mangkalnya beberapa seniman muda yang masih menyimpan kebanggaan akan kehebatan keragaman budaya Nusantara. Kebanggaan inilah yang membuat mereka terus berekspresi melalui seni dengan terjemahan gaya muda mereka, dan komitmen untuk terus berkarya itulah yang membuat mereka berani untuk selalu punya mimpi.

Kisah ini berawal dari “sekumpulan orang muda gila” yang memang suka dan “asyik” dengan ekspresi berkesenian mereka, dan bukan karena kepentingan yang terlalu ngawang-awang untuk menjadi bintang, penyelamat budaya, pahlawan, atau apapun yang hanya akan menjadi beban moral untuk karya mereka. Semua hanya bermula dari keinginan untuk menampilkan karya yang bisa membuat generasi mereka suka dan bisa menikmati apa adanya tanpa satu bebanpun.

Cerita bermula dari seorang muda bernama Iwan Juprex, begitu laki-laki muda ini akrab dipanggil. Iwan adalah sosok muda biasa yang selalu tertarik dengan dunia kreatif, khususnya seni pertunjukan. Semua berawal saat Iwan bertemu dengan Suryadi Plenthe atau akrab dipanggil Plenthe, dan bersama beberapa seniman muda lainnya mereka membangun sebuah mimpi.

Plenthe, adalah seniman muda yang tertarik dengan jenis musik perkusi khususnya kendang sunda sejak umur 9 tahun. Tidak ada latar belakang pendidikan musik sama sekali, kecuali pendidikan informal yang dia dapat dari jalanan selama menjadi pengamen di bus dan dari rumah ke rumah. Tapi berkat ketekunan dan komitmennya untuk menentukan pilihan dalam hidupnya, seni rampak gendang menjadikannya bisa berekspresi ke beberapa negara, antara lain Hongkong, Belanda, dan Suriname, dengan alat musik tradisional Jawa dan Sunda.

Iwan mewakili para seniman muda lainnya mulai bercerita tentang sebuah mimpi. “Wayang Groove, adalah mimpi untuk menampilkan pagelaran wayang dengan sajian yang groovy atau penggabungan seni wayang dan pertunjukan masa kini dengan kolaborasi tata panggung, iringan musik dan durasi yang semuanya diperbarui,  aku sama beberapa teman-teman pingin banget buat pagelaran maha karya seni wayang untuk kalangan muda”.

2.jpg

Iwan Juprex 

Kilas balik - Dalam sejarahnya, wayang merupakan sumber ilham dalam menggambarkan wujud tokoh dan cerita. Dan awalnya wayang adalah kesenian tradisional yang menjadi media ritual atau upacara permohonan dan “syukuran” atas hasil panen serta permohonan keselamatan dari malapetaka di dunia. Dan konon menurut kitab Centini, pada mulanya wayang dibuat oleh Raja kerajaan Jayabaya Pamenang/Kediri sekitar abad ke-X. Pada masa itu Raja Jayabaya menggambarkan roh leluhur pada selembar daun papirus. Bentuk gambaran wayang tersebut diambil dari relief cerita Ramayana yang terdapat di candi Panataran Blitar.

Namun pada awal abad ke-XIV berdirilah kerajaan Demak, dan terjadilah perubahan-perubahan yang dilakukan oleh Raden Patah dengan para Wali terhadap beberapa aturan pewayangan. Misalnya wayang beber karya Prabangkara pada jaman Majapahit yang dibuat kembali dengan bahan dari kulit kerbau yang ditipiskan, kulit kerbau dipih karena pada masa kerajaan Demak, sapi tidak boleh dipotong untuk menghormati penganut agama Hindu di masa itu. Termasuk membuat gambar tokoh menyamping dengan tangan yang dipanjangkan menggunakan penggapit yang terbuat dari tanduk kerbau. Kemudian Sunan Kalijaga mengubah sarana pertunjukan yang awalnya menggunakan kayu, dirubah menggunakan batang pisang dengan kelengkapan blencong (lampu minyak untuk merefleksikan bayangan wayang) dan menambahkan gunungan.

Dan hampir terus terjadi pengembangan pada masa-masa berikutnya, termasuk penambahan yang dilakukan oleh Raden Patah, Sunan Kudus, kemudian pada masa Sultan Trenggana serta masa Susuhunan Ratu Tunggal pengganti Sultan Trenggana. Sebuah proses yang merupakan bentuk pertumbuhan budaya yang mengikuti jaman, dan masing-masing masa mempunyai maknanya sendiri yang dipahami dan dinikmati setiap generasi sebagai karya seni.

Hingga akhirnya pada masa sekarang ini, wayang merupakan karya seni yang mempunyai fungsi sebagai media hiburan, meski tetap tidak terlepas dari makna yang seharusnya bisa dan mudah dicerna oleh generasi baru yang dinamis, ekspresif dengan menerimanya sebagai hiburan yang menyenangkan.

1.jpgPlenthe dan alat perkusinya 

Kembali ke kampung Mutihan – Suatu sore di kampung Mutihan, beberapa seniman muda sedang santai di sebuah rumah mungil yang mereka gunakan sebagai tempat mangkal sekaligus bengkel kreatif. Disitulah mereka biasa latihan bersama dan saling bertukar ide dan mimpi-mimpi. Sore itu belum ada jadwal latihan , hanya Plenthe dan Iwan yang tiba lebih dulu, dan obrolan seputar cerita wayang , gamelan, perkusi, musik moderen serta angan-anganpun semakin seru.

Saat menjelang tengah malam obrolanpun harus berakhir, karena ada beberapa aktifitas diluar bengkel kreatif seniman muda Mutihan ini yang harus dilakukan. Dan  bersamaan itu kebetulan beberapa anak muda lain datang ke bengkel kreatif di kampung Mutihan tersebut, dan merekapun memperkenalkan diri, ada Tathit, Tunggul, Pieecee dan Bangkit.

Episode selanjutnya Wayang Groove akan bercerita lebih banyak untuk mengenal mereka dan mimpi-mimpi yang masih terpendam. Sampai bertemu pada episode minggu depan, salam kratonpedia.

8.jpgBerbagai alat musik tabuh yang dimainkan Plenthe dan kawan-kawan seniman muda Mutihan. 

4.jpgEvaluasi setiap waktu. 

3.jpg

Aktifitas komunikasi rutin untuk meningkatkan kualitas karya (gambar atas dan bawah).

6.jpg 

9.jpg 

7.jpgMelihat ulang rekaman saat tampil dalam sebuah pementasan.  

12.jpgPlenthe yang selalu fokus dalam berekspresi melalui musik rampak gendang (gambar atas dan bawah). 

10.jpg 

(teks dan foto : Wd Asmara/kratonpedia)

 


Pin It
Maps
Photos
Recent Articles
Videos